A)
Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR)
A. Prinsip
Pembelajaran Matematika Realistik
Ismail
(2007: 9.7-9.8) Menyatakan prinsip-prinsip pembelajaran matematika realistik
sebagai berikut:
1. a).
Menemukan kembali secara terbimbing
Melalui topik-topik
tertentu yang disajikan, siswa diberi kesempatan sama untuk membangun dan
menemukan kembali ide-ide dan
konsep-konsep matematika. Setiap siswa diberi kesempatan yang sama untuk
merasakan situasi dan mengalami masalah kontekstual yang memiliki berbagai
kemungkinan solusi. Apabila diperlukan dapat diberikan bimbingan yang diperlukan.
Pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual kemudian melalui aktivitas siswa
diharapkan dapat menemukan kembali sifat, definisi, dan lainnya.
b).
Matematisasi progresif
Prinsip
ini menekankan matematisasi yang dapat diartikan sebagai upaya untuk mengarahkan
kepada pemikiran matematika. Dikatakan progresif karena terdapat dua langkah
matematisasi (1) horizontal dan (2) vertikal yang berawal dari masalah
kontekstual yang diberikan dan akan berakhir pada matematika yang formal.
2. Fenomenologi
Didaktik
Prinsip
ini menekankan pada fenomena pembelajaran yang bersifat mendidik dan menekankan
pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika
kepada siswa. Masalah kontektsual dipilih dengan mempertimbangkan (1) aspek
kecocokan aplikasi yang harus diantisipasi dalam pembelajaran dan (2) kecocokan
dengan proses penemuan kembali.
3. Membangun
sendiri model
Berpangkal
dari masalah kontekstual dan akan menuju ke matematika formal serta adanya
kebebasan pada anak maka tidaklah mustahil siswa akan mengembangkan model sendiri. Model itu
mungkin masih sederhana dan masih mirip dengan masalah kontekstualnya. Model
ini disebut model of dan sifatnya
masih disebut matematika informal. Selanjutnya, mungkin melalui generalisasi
ataupun formalisasi dapat mengembangkan model yang mengarahkan ke matematika
formal.
B. Karakteristik
Pembelajaran Matematika Realistik
Ismail
(2007: 9.9-9.10) Menyatakan karakteristik pembelajaran matematika realistik
sebagai berikut:
1. Menggunakan
konteks
Pembelajaran
menggunakan masalah kontekstual yang ada pada siswa. Masalah kontekstual ini
dikemukan di awal jika menginginkan siswa menemukan sesuatu konsep, definisi, operasi ataupun
sifat matematika serta cara pemecahan masalah. Masalah kontekstual disajikan di
tengah pembelajaran bila dimaksudkan untuk memantapkan apa yang telah
ditemukan. Masalah kontekstual disajikan di akhir pembelajaran apabila
dimaksudkan untuk mampu mengaplikasikan pada yang telah ditemukan.
2. Menggunakan
model
Pembelajaran
matematika sering kali ditempuh melalui waktu yang panjang serta bergerak dari
berbagai tingkat abstraksi. Dalam abstraksi itu perlu menggunakan model. Model
yang digunakan dapat bermacam-macam, dapat konkret berupa benda, gambar, skema,
yang kesemuanya itu dimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke abstrak atau
dari abstrak ke abstrak yang lain.
3. Menggunakan
Kontribusi Siswa
Dalam
pembelajaran, perlu sekali memperhatikan sumbangan atau kontribusi siswa yang
mungkin berupa ide, gagasan ataupun aneka acara. Kontribusi siswa dapat menyumbang
kepada konstruksi atau produksi yang perlu dilakukan dengan pemecahan masalah
kontekstual.
4. Interaktivitas
Dalam
pembelajaran jelas perlu sekali melakukan interaksi, baik antara siswa dengan
siswa ataupun bila perlu antara siswa dengan guru yang bertindak sebagai
fasilitator.
5. Keterkaitan
antartopik
Dalam
pembelajaran matematika perlu disadari bahwa matematika adalah suatu ilmu yang
terstruktur dengan ketat konsistensinya. Keterkaitan antartopik, konsep,
operasi sangat kuat sehingga sangat dimungkinkan adanya integrasi antartopik
C. Langkah
umum pelaksanaan PMR
Ismail
(2007: 9.15-9.16) Menyatakan Secara umum dapat dikemukakan langkah-langkah
pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR di bawah ini
a. Mempersiapkan
kelas
1) Persiapkan
sarana dan prsarana pembelajaran yang diperlukan, misalnya buku siswa, LKS,
alat peraga
2) Kelompokan
siswa jika perlu
3) Sampaikan
tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dicapai serta cara belajar yang
akan dipakai hari itu.
b. Kegiatan
pembelajaran
1) Berikan
masalah kontekstual atau mungkin berupa soal cerita, masalah tersebut untuk
dipahami siswa
2) Berilah
penjelasan singkat dan seperlunya saja jika ada siswa belum memahami soal atau
masalah kontekstual yang diberikan
3) Mintalah
siswa secara kelompok atau secara individual untuk mengerjakan atau menjawab
masalah kontekstual yang diberikan dengan caranya sendiri.
4) Jika
dalam waktu yang dipandang cukup, siswa tidak ada satu pun yang dapat
menemukan cara pemecahan, berilah
bimbingan seperlunya.
5) Mintalah
seorang siswa atau wakil dari kelompok siswa untuk menyampaikan hasil kerjanya
6) Tawarkan
kepada seluruh kelas untuk mengemukakan pendapatnya atau tanggapannya tentang
berbagai penyelesaian yang disajikan temannya di depan kelas
7) Buatlah
kesepakatan kelas penyelesaian manakah yang dianggap paling tepat
8) Apabila
masih tidak ada penyelesaian yang benar, mintalah siswa memikirkan cara lain.
c. Penutup
1) Tekankanlah
apa yang telah dipelajari atau dibangun sendiri atau ditemukan sendiri oleh
siswa
2) Berikanlah
arahan untuk pertemuan yang akan datang
B)
Pembelajaran
Kontekstual
Elaine
B Johnson (2002: 67) menyatakan pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses
pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan
budaya mereka.
A. Prinsip-prinsip
pembelajaran kontekstual
1) Kesaling-bergantungan
Prinsip
kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan mereka
dengan pendidik yang lainnya, dengan siswa-siswa mereka, dengan masyarakat, dan
dengan lingkungannya. Prinsip ini meminta mereka membangun hubungan dalam semua
yang mereka lakukan.
2) Deferensiasi
Prinsip
deferensiasi menantang siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing,
untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja
sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk
menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan
3) Pengorganisasian
diri
Pengorganisasian
diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat
mereka sendiri yang berbeda
B. Strategi
pelaksanaan pembelajaran kontekstual
A. Chaedar Alwasilah dalam
Elain. B. Johnson (2002: 21-22) menyatakan ada tujuh strategi yang mesti
ditempuh dalam pembelajaran kontekstual yaitu:
1) Pembelajaran
berbasis problem
Dengan
memunculkan problem yang dihadapi bersama, siswa ditantang untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalahnya. Problem ini membawa makna pada personal dan
sosial siswa
2) Menggunakan
konteks yang beragam
Makna
itu ada di mana-mana dalam konteks fisikal dan sosial. Selama ini ada yang
keliru, menganggap bahwa makna adalah yang tersaji dalam materi ajar atau buku
teks saja. Dalam pembelajaran kontekstual guru menyajikan pembelajaran dalam
seluruh konteks kehidupan siswa sehingga makna yang diperoleh lebih berkualitas
3) Mempertimbangkan
kebhinekaan siswa
Dalam
pembelajaran kontekstual guru menyadari bahwa setiap individu berbeda, sehingga
guru mendorong siswa untuk saling menghormati perbedaan individual sehingga
terwujud kemampuan interpersonal
4) Memberdayakan
siswa untuk belajar sendiri
Setiap
manusia mesti menjadi pembelajar aktif sepanjang hayat. Jadi, pendidikan formal
menjadi sarana pembentukan siswa agar mereka menguasai cara belajarnya sendiri
yang unik agar mereka dapat belajar mandiri di kemudian hari.
5) Belajar
melalui kolaborasi
Siswa
seyogianya dibiasakan saling belajar dari dan dalam kelompok untuk berbagi
pengetahuan dan menentukan fokus belajar. Dalam setiap kolaborasi selalu ada
siswa yang menonjol dibandingkan dengan temannya. Siswa ini dapat dijadikan
fasilitator dalam kelompoknya. Apabila komunitas belajar sudah terbina
sedemikian rupa di sekolah, guru tentu akan lebih berperan sebagai pelatih,
fasilitator, dan mentor
6) Menggunakan
penilaian autentik
Penilaian
autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan
kontekstual, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk maju terus sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
7) Mengejar
standar tinggi
Standar
tinggi hendaknya diberikan kepada siswa untuk memotivasi siswa agar menjadi
manusia yang kompetitif.
No comments:
Post a Comment