Wellcome to Jeymind18
Showing posts with label Psikologi Penidikan. Show all posts
Showing posts with label Psikologi Penidikan. Show all posts

Tuesday, 7 August 2018

Metode Drill dalam Pembelajaran


A.      Metode Latihan Siap (Drill)
Metode latihan siap (drill) pengertiannya sering dikacaukan dengan istilah “ulangan”, padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-betul dikuasai siswa. Dengan kata lain metode latihan siap (drill) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan.
Sedangkan ulangan hanyalah untuk salah satu alat untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai dan menyerap pelajaran yang telah diberikan. Latihan-latihan perlu untuk ketrampilan, kemahiran dan spontanitas penguasaan hasil belajar.
Dalam pelajaran agama, metode latihan siap dapat dilakukan, misalnya untuk melatih siswa agar terampil dalam membaca al-Qur’an, latihan ibadah shalat, latihan berpuasa bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya, misalnya latihan menulis kaligrafi (tulisan khat/Arab), latihan-latihan menulis ayat, bahasa Arab dan sebagainya.
Pada latihan siap (drill) untuk melaksanakan ibadah shalat dalam Islam sangat ditekankan pada anak didik sedini mungkin agar dengan latihan-latihan yang dilakukan pada anak didik tidak merasa canggung setelah merasa dewasa. Dan Islam memberi sangsi bagi mereka yang tidak melaksanakan setelah sampai usia baligh/dewasa. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW berbunyi :
“Perhatikanlah anak-anakmu hsalat ketika berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena meningglkan salat pada waktu mereka berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dari tempat tidurmu”
            Dalam pelaksanaannya metode latihan siap ini, tentunya sebelumnya siswa telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya, kemudian siswa disuruh mempraktekkannya atas bimbingan guru sehingga menjadi mahir dan terampil.
 Keuntungan metode latihan siap (drill) adalah :
1.      Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan.
2.      Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancer.
3.      Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri, belajar mandiri.
4.       Pada pelajarana agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.
Kekurangan metode latihan siap terletak pada :
a.       Dapat menjadi pembakat dan inisiatif siswa sebab melalui cara/metode ini, ini berarti para siswa dibawah kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas.
b.      Siswa dapat statis dalam penyesuaian dengan situasi lingkungan yang terpaku dalam petunjuk-petunjuk praktis tertentu, serta insiatif siswa untuk mengembangkan sesuatu yang baru menjadi terikat. Hal ini berarti bertentangan dengan prinsip-prinsip teori belajar.
c.       Membentuk kebiasaan yang kaku yang bersifat mekanis dan rutinitas. Kurang memperhatikan aspek intelektual anak didik.
d.      Pengajaran cenderung bersifat verbalisme.
e.       Dalam pelaksanaanya metode ini memakan waktu/proses yang cukup banyak/ lama.
f.       Dalam pelajaran agama memerlukan ketelatenan/ketekunan serta kesabaran dari pihak guru maupun dari siswa sendiri.
Prinsip-prinsip latihan siap (drill), yaitu :
1.      Waktu yang digunakan dalam latihan siap (drill) cukup tersedia.
2.      Latihan siap (drill) hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan siswa anak didik.
3.      Latihan siap (drill) memiliki daya tarik dan merangsang siswa untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh.
4.      Dalam latihan tersebut pertama diutamakan ketepatan kemudian kecepatan, akhirnya kedua-duanya.
5.      Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial.
6.      Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu siswa.
7.      Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan.
8.      Diperlukan kesabaran dan ketelatena dari pihak guru, terutama materi pembelajaran agama.

Pendidikan Dalam Islam (Al-Quran)

-->
Education in Islamic Education
“The Koran”
At the beginning of the seventh century C.E., Muhammad, a native of the city of Mecca, was called to communicate the Word of God: the Koran (meaning "[Scripture] Reading," or "Reciting"). Shortly after his death, the individual parts of the Koranic revelation were collected from both oral and written sources, arranged in one text, and published by an authorized committee of learned Muslims. Thus the Koran became Islam's first and only holy book.
Sura (chapter) 96, traditionally considered as the very first revelation to the prophet Muhammad, starts with the divine command to "Read" (or: "Recite"/"Proclaim" words of the holy scripture).
It stresses that God "taught Man that which he knew not" and that God did so "by [the use of] the pen"—suggesting that God taught humankind "the holy scriptures," or "writing." These verses seem to highlight that Islam, from its very beginning, expressly prioritizes the imparting and acquisition of (religious) knowledge, learning and education; and that God is humankind's undisputed supreme teacher.
Like the previous prophets, Muhammad was called to proclaim the Word of God as contained in the heavenly archetype of the holy book. However, he was also ordered first to listen to the revelation. Only then was he to recite and read the divine text himself, to learn of its meanings by way of explanation, and eventually to convey and teach God's message to others: in Sura 75:15–18, for example, one notes the powerful way in which the Koran addresses the oral components of receiving, listening, learning, and setting forth the Word
This, as it appears, "divinely inaugurated" method of instruction had a significant impact on the transmission of knowledge and on education in Islam in general.
Further notions on teaching and learning are to be found at Sura 2:282–283, which deals with the establishing of legal matters and explicitly refers to the need for people who are able to write, to the importance of written documents, and to the practice of writing and dictating; detailed instructions are even given on how to proceed.
Sura 3:79 then reminds the "masters [in the Scripture]" and "followers of the Lord" (rabbaniyyun) of their twofold obligation: to teach and to continue studying. Other pedagogical elements in the Koran extend to issues such as: the developmental stages, habits, and socialization of the human being; ethical norms and values related to education; and human psychology.

Saturday, 11 May 2013

SIKAP GURU DAN PERILAKU SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR



A.    Pengertian Sikap
Dalam mencari pemecahan terhadap permasalahan sebagaimana yang telah di kemukakan oleh penulis, maka selanjutnya penulis akan mengemukakan beberapa konsep teori yang relevansi dengan upaya untuk menyelesaikan sesuatu penelitian yang diangkat oleh penulis.
Secara historis istilah “sikap” (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang pada saat itu diartikan sebagai status mental seseorang. Di masa-masa awal itu pula penggunaan konsep sikap yang sering dikaitkan dengan konsep mengenai posisi tubuh seseorang.[1]
Sikap manusia atau singkatnya kita sebut sikap, telah didefenisikan dalam berbagai versi para ahli, pada dasarnya defenisi dan pengertian sikap dapat dilihat dari tiga kerangka pemikiran yaitu:
Pertama para ahli psikologi seperti Louis Thurston (1982; salah seorang tokoh terkenal dibidang pengukuran sikap), dan Carles Osgood menurut mereka sikap adalah sesuatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sikap seseorang terhadap sesuatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Berkowitz, 1972). Secara lebih spesifik Louis Thurston melihat sikap hanya sebagai tingkatan efeksi saja belum mengaitkan sikap dan perilaku.
Kedua, menurut Allen Guy dan Edgley 1980 mendefenisikan sikap sebagai sesuatu perilaku tendensi atau kesiapan antisipasif, peredisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.
Menurut pemikiran yang ke tiga, adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik (triadic scheme), mendefenisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi).[2]
Dalam konteks sikap ini menurut Stephen R. Covey (1989) ada tiga teori determinisme yang diterima secara luas, baik sendiri-sendiri maupun kombinasi, untu menjelaskan sikap manusia yaitu :
1.      Determinisme genetic (genetic determinisme);
2.      Determinisme psikis (psycic determinisme); dan
3.      Determinisme lingkungan (environmental determenisme)
Determinisme genetic (genetic determinisme) berpendapat bahwa sikap individu ditirukan oleh sikap kakek neneknya, itulah sebabnya seseorang memiliki sikap dan tabiat seperti nenek moyangnya.
Determinisme psikis (psycic determinisme) berpendapat bahwa sikap merupakan dari hasil perlakuan, pola asuh, atau pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya. Determinisme lingkungan (environmental determenisme) berpendapat bahwa perkembangan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan individu itu tinggal dan bagaimana lingkungan memperlakukan individu tersebut. Bagaimana atasan memperlakukan kita, sebagaimana pasangan kita situasi ekonomi atau kebijakan-kebijakan pemerintah semuanya membentuk sikap individu.[3]
Sedangkan pengertian mengajar dilihat dari esensinya dalam proses belajar mengajar, telah menyangkut kegiatan mendidik. Dalam artian untuk menghantarkan anak didik kepada tingkat kedewasaannya, baik secara fisik maupun mental. Secara umum mengajar diartikan sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada siswa atau anak didik. Jadi mengajar lebih cenderung kepada transfer of know ladge.[4]

B.     Pengertian Guru
Menurut Ahmad D Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan siterdidik.[5]
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas

Monday, 18 March 2013

The Purpose Of Islam Dating (Kencan Dalam Islam)

-->
Most people are confused about whether Islam dating is allowed or not. They are confused not because of wrong teachings they have at home, but because they see other Muslims dating. Well, pre-marital relationships are not allowed in Islam. Muslims may wonder how they can marry, if they do not get a chance to know the other person. But youngsters always jump to conclusions.
Many young Muslim men and women want to take their own decisions, because the world has changed that way. If they want a partner for a lifetime, they may use the services of Islamic matrimonial sites, to hunt for their requirements. This is also known as dating as is often misinterpreted by many people who don’t know much about Islam.
Muslims have to follow a dua when they want to get married. This means they will seek the blessings of Allah, to help them find a good match. Muslim matrimonial sites are the best sites for any Muslim for dating, or for finding a partner for themselves. This method is very easy and also reaches borders all over the world.
Most families will help the individual when they hunt for a partner. Dating in Islam is not permitted, as the religion respects a person’s individuality, especially a woman’s. It is believed that man and woman are created for the purpose of a family and spiritual unity, not for other purposes. Muslim men and women should behave modestly in each other’s presence.
Another important thing is that even if two individuals are to be married, they cannot meet each other alone. They will have to have a family member present. This is only to ensure they maintain the faith of their religion. All Muslims cultures may not follow this of course. Though families living in the West do maintain their vows, some people tend to stray.
Dating in Islam, as in related to matrimonial sites, is slowly becoming a part of their culture. Through this opportunity, they can view thousands of profiles updated on the sites. They do not have to wait at home, like with the traditional method, and wait for photographs to come through marriage brokers. Muslims always like to be very intimate with families, and all families are with the couple most of the time, to give them moral support during the course of marriage.
Families are also around when their children date or find partners on Islamic matrimonial sites, so that they can check the background of the chosen profile. They will also check the status, education and members of the family before accepting a marriage alliance.
Islam dating is not approved because the Koran states that all Muslims must be clean when they are to be married. It also says that dealing with physical relationships before marriage, will stop an individual from being pure and seeking God in that pure state. This is something very challenging for youngsters to do, as they grow up in a modern world.

Metode Drill dalam Pembelajaran

A.      Metode Latihan Siap (Drill)
Metode latihan siap (drill) pengertiannya sering dikacaukan dengan istilah “ulangan”, padahal maksud keduanya berbeda. Latihan siap dimaksudkan yaitu agar pengetahuan siswa dan kecakapan tertentu dapat menjadi miliknya, dan betul-betul dikuasai siswa. Dengan kata lain metode latihan siap (drill) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan/cara melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil dalam melaksanakan tugas latihan yang diberikan.
Sedangkan ulangan hanyalah untuk salah satu alat untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai dan menyerap pelajaran yang telah diberikan. Latihan-latihan perlu untuk ketrampilan, kemahiran dan spontanitas penguasaan hasil belajar.
Dalam pelajaran agama, metode latihan siap dapat dilakukan, misalnya untuk melatih siswa agar terampil dalam membaca al-Qur’an, latihan ibadah shalat, latihan berpuasa bulan Ramadhan, dan berbagai topik lainnya, misalnya latihan menulis kaligrafi (tulisan khat/Arab), latihan-latihan menulis ayat, bahasa Arab dan sebagainya.
Pada latihan siap (drill) untuk melaksanakan ibadah shalat dalam Islam sangat ditekankan pada anak didik sedini mungkin agar dengan latihan-latihan yang dilakukan pada anak didik tidak merasa canggung setelah merasa dewasa. Dan Islam memberi sangsi bagi mereka yang tidak melaksanakan setelah sampai usia baligh/dewasa. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW berbunyi :
“Perhatikanlah anak-anakmu hsalat ketika berumur tujuh tahun, pukullah mereka karena meningglkan salat pada waktu mereka berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah mereka dari tempat tidurmu”
            Dalam pelaksanaannya metode latihan siap ini, tentunya sebelumnya siswa telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya, kemudian siswa disuruh mempraktekkannya atas bimbingan guru sehingga menjadi mahir dan terampil.
 Keuntungan metode latihan siap (drill) adalah :
1.      Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan.
2.      Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancer.
3.      Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri, belajar mandiri.
4.       Pada pelajarana agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.
Kekurangan metode latihan siap terletak pada :
a.       Dapat menjadi pembakat dan inisiatif siswa sebab melalui cara/metode ini, ini berarti para siswa dibawah kepada konformitas dan diarahkan kepada uniformitas.
b.      Siswa dapat statis dalam penyesuaian dengan situasi lingkungan yang terpaku dalam petunjuk-petunjuk praktis tertentu, serta insiatif siswa untuk mengembangkan sesuatu yang baru menjadi terikat. Hal ini berarti bertentangan dengan prinsip-prinsip teori belajar.
c.       Membentuk kebiasaan yang kaku yang bersifat mekanis dan rutinitas. Kurang memperhatikan aspek intelektual anak didik.
d.      Pengajaran cenderung bersifat verbalisme.
e.       Dalam pelaksanaanya metode ini memakan waktu/proses yang cukup banyak/ lama.
f.       Dalam pelajaran agama memerlukan ketelatenan/ketekunan serta kesabaran dari pihak guru maupun dari siswa sendiri.
Prinsip-prinsip latihan siap (drill), yaitu :
1.      Waktu yang digunakan dalam latihan siap (drill) cukup tersedia.
2.      Latihan siap (drill) hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan siswa anak didik.
3.      Latihan siap (drill) memiliki daya tarik dan merangsang siswa untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh.
4.      Dalam latihan tersebut pertama diutamakan ketepatan kemudian kecepatan, akhirnya kedua-duanya.
5.      Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial.
6.      Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu siswa.
7.      Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan.
8.      Diperlukan kesabaran dan ketelatena dari pihak guru, terutama materi pembelajaran agama.

Featured post

Hak dan kewajiban suami istri menurut imam mazhab

--> Kewajiban suami atau hak istri a)       Meminpin, memelihara dan membimbing keluargaserta menjaga dan bertanggung jawab atas ...

Popular Posts