Debat Aktif
A. Pengertian
Membuat pembelajaran yang
menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya. Salah satu cara
yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.
Debat
menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) merupakan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan
saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Debat merupakan
kegiatan bertukar pikiran antara 2 (dua) orang atau lebih yang masing-masing
berusaha mempengaruhi orang lain untuk menerima usul yang disampaikan.
Debat
adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan
perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif
seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi.
Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari
debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri. Debat adalah suatu
diskusi antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dimana antara satu
pihak dan pihak yang lain saling menyerang.[1]
Debat dapat diartikan
pula sebagai silang pendapat tentang tema tertentu antara pihak pendukung dan
pihak penyangkal melalui dialog formal yang terorganisasi. Debat yang biasanya
diikuti oleh pihak pendukung dan pihak penyangkal dipimpin oleh seorang pemandu
(moderator) serta dibatasi oleh waktu
dan aturan main. Kedua belah pihak yang berdebat berusaha meyakinkan lawan
debat dan pemirsa/pendengar bahwa usul dan argumennya adalah yang paling baik.
Di negara yang telah
maju kehidupan demokrasinya bahkan roh demokrasinya telah mendarah daging bagi
kehidupan mereka, debat dianggap sebagai tradisi. Kegiatan Debat di negara itu
sangat menarik dan mencerdaskan. Contoh kegiatan debat menarik yang tidak
pernah dilupakan masyarakat dunia adalah debat kampanye calon presiden di
negara Amerika. Debat antara Lincoln dan Douglas pada tahun 1858, debat antara
Carter dan Reagen tahun 1980, serta debat John F. Kennedy dan Richard Nixon.
Karena keseriusannya merintis kegiatan debat calon presiden di televisi mulai
tahun 1961, Kennedy mampu meyakinkan masyarakat Amerika bahkan dunia akan
pemikiran serta kemampuannya sehingga Beliau menjadi orator ulung dan pemimpin
(presiden). Melalui kegiatan debat yang terorganisir, selain memberikan efek
peningkatan kualitas pribadi, debat juga mampu menstimulus dan memberikan
pengaruh orang lain bahkan masyarakat yang lebih luas.[2]
Bagaimana
membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan. Dimana pelaku debat
adalah siswa atau mahasiswa yang belum banyak menguasai konsep atau argumentasi
yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Strategi
pembelajaran dalam bentuk debat
dilakukan dengan memberikan suatu isu yang sedapat mungkin kontroversial
sehingga akan terjadi pendapat-pendapat yang berbeda dari siswa/mahasiswa.
Dalam mengemukakan pendapat mahasiswa dituntut untuk menggunakan argumentasi
yang kuat yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar harus dapat
mengarahkan debat ini pada inti materi pelajaran yang ingin dicapai
pemahamannya.[3]
Metode
debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Metode Debat merupakan sebuah metode
pembelajaran yang dimana siswa terbagi dalam dua kelompok besar ataupun kecil
yang terdiri dari pihak yang pro dan kontra untuk beradu menyampaikan
pendapat/ tanggapan mereka didalam menghadapi suatu topik masalah yang telah
ditentukan. Anggota kelompok juga dapat bertanya kepada peserta
debat/pembicara. Metode ini biasa digunakan ketika:
a) Jika
hasil pembicaraan perlu diasah.
b) Untuk
membangkitkan analisa.
c) Untuk
menyampaikan pendapat yang berbeda-beda.
d) Jika
anggota bersedia untuk mendengar
kedua segi permasalahan.
e) Jika
kelompok itu besar.
Teknik debat aktif (active debate) adalah cara atau alat
untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran berbicara dengan cara menyajikan
tema kontroversi yang menarik untuk diperdebatkan. Siswa dalam hal ini saling
mengungkapkan argumentasi untuk menetapkan baik tidaknya suatu usul tertentu
yang didukung oleh satu pihak yang disebut Pro, (pendukung atau afirmatif) dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang
disebut penyangkal atau Kontra (negatif).
Teknik debat aktif dapat mendukung
siswa untuk berani mengomentari,
menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan peran yang dimainkan. Dalam
penerapan teknik debat aktif ini terdapat hal yang berbeda dari prosedur debat
konvensional, yaitu siswa akan mengambil posisi yang bertentangan dengan
pendapatnya. Selain
itu, formasi duduk siswa dikondisikan seperti setengah lingkaran yang di
tengahnya terdapat dua juru bicara dari kelompok pro dan kontra yang ditemani
oleh dua moderator yang masing-masing memprovokasi kelompok pro dan kontra.
Dalam pembelajaran, penggunaan
teknik debat aktif yang lebih mengarah pada prosedur debat kompetitif yaitu
debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan
universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan
atau format yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung
dan menentang sebuah pernyataan. Pemenang debat adalah tim yang berhasil
menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik. Tidak seperti
debat sebenarnya di parlemen. Penggunaan teknik debat aktif dalam pembelajaran tidak
bertujuan untuk menghasilkan keputusan.
Namun,
lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa dalam berbicara,
dalam hal ini kemampuan siswa yang diarahkan meliputi kemampuan untuk
berargumentasi, mendengarkan pendapat yang berbeda, menyanggah, dan
menyampaikan kritik.[4]
Siswa juga dilatih mengutarakan pendapat/pemikirannya dan bagaimana
mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat
dipertanggung-jawabkan. Bukan berarti siswa diajak saling bermusuhan, melainkan
siswa belajar bagaimana menghargai adanya perbedaan.
Selanjutnya guru dapat
mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi
tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
B.
Langkah-langkah
Penerapan teknik debat aktif (active debate) dalam pembelajaran di
kelas dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Susunlah sebuah
pertanyaan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan
mata pelajaran. Sebagai contoh, Bolehkah berpoligami?
2.
Bagilah siswa
menjadi dua tim debat. Berikan secara acak posisi “Pro” kepada satu kelompok
dan posisi “Kontra” kepada kelompok lain.
3.
Selanjutnya,
buatlah du hingga empat sub kelompok dalam masing-masing tim debat. Misalnya,
dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa Anda dapat membuat tiga sub kelompok
Pro dan tiga sub kelompok kontra, yang masing-masing terdiri dari empat
anggota. Perintahkan tiap sub kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat
yang dipegangnya, atau menyediakan daftar panjang argument yang mungkin akan
mereka pilih dan diskusikan. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkan sub
kelompok untuk memilih juru bicara.
4.
Tempatkan dua
hingga empat kursi (terganung jumlah
dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) bagi para juru bicara
dari pihak yang pro dalam posisi
berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang
kontra. Posisikan siswa yang lain di belakang tim debat mereka. Untuk contoh
sebelumnya, susunannya akan tampak seperti berikut ini :
X
|
X
|
|||
X
|
X
|
|||
X
|
X
|
|||
X
|
Pro
|
Kontra
|
X
|
|
X
|
Pro
|
Kontra
|
X
|
|
X
|
Pro
|
Kontra
|
X
|
|
X
|
X
|
|||
X
|
X
|
|||
X
|
X
|
Mulailah “debat” dengan meminta para juru bicara
mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai “argument pembuka”
5.
Setelah semua
siswa mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan perintahkan mereka
kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk
menyusun strategi dalam rangka mengkomentari argument pembuka dari pihak lawan.
Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik
bila menggunakan orang baru.
6.
Kembali ke dalam
debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk
memberikan “argument tandingan”. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling
antara kedua belah pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang
memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan
mereka untuk memberi tepuk tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan
tim debat mereka.
7.
Apabila dianggap perdebatannya sudah cukup, maka akhirilah debat tanpa menyebutkan
pemenangnya, perintahkan sisswa untuk kembali berkumpul membentuk satu
lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk
bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh
tentang apa yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga
perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argument
terbaik yang dikemukakan oleh kedua belah pihak.[5]
8.
Guru menambahkan konsep/ide yang belum
terungkap.
9.
Guru mengajak siswa membuat kesimpulan
atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.[6]
Variasi
1.
Tambahkanlah
satu atau beberapa kursi kosong bagi tim-tim debat. Ijinkan siswa untuk menempati
kursi-kursi kosong itu manakala mereka ingin turut berdebat.
2.
Mulailah segera
kegiatan ini dengan argumen pembuka perdebatan. Lakukanlah dengan debat
konvensional, namun sering-seringlah menggilir para pendebatnya.
Sedangkan menurut Sanaky, Penerapan strategi pembelajaran Debat Aktif (Active Debate), dengan
langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
a.
Materi kuliah telah diberikan kepada
mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan. Mahasiswa diharuskan untuk
membaca dan memahami materi ini agar memudahkan dalam “debat”.
b.
Dalam kegiatan “debat”, kelas dibagi
menjadi 5 [lima] kelompok. Secara acak akan ditugaskan, yaitu:
1)
kelompok pertama ditetapkan sebagai
penyaji
2)
kelompok kedua dan ketiga
ditentukan sebagai “kontra” atau “penyangga”
3)
kelompok
keempat sebagai “pembela” kelompok pertama
4)
kelompok kelima sebagai
“penengah”.
Masing-masing
kelompok terdiri 10 (sepuluh) mahasiswa atau lebih.
c.
Sebelum debat dimulai, dosen
menyajikan “global materi” kuliah yang akan didebatkan kepada mahasiswa
dalam bentuk ceramah.
d.
Sebelum debat dilaksanakan, mintalah
masing-masing kelompok menetukan “juru bicaranya” dan kemudian mintalah
tiap-tiap kelompok mendikusikan materi pada kelompoknya sendiri dan merumuskan
arguman-argumen dari hasil diskusinya.
e.
Setelah
masing-masing kelompok telah selesai mediskusikan materi tersebut dan telah
menemukan problem atau masalah untuk disampaikan. Diskusi dihentikan dan
setting kelas dibuat dalam situasi yang berbeda. Setting kelas sebagai berikut
:
f.
Mulailah “perdebatan” dan dalam
“perdebatan” ini dosen bertindak sebagai pemandu. Langkah pertama,
perintahkanlah “juru bicara” dari kelompok “penyaji” untuk menyampaikan
argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta kelompok kontra (2 dan 3) meberikan atau
menyampaikan “konter argumentasinya” dan
buatlah situasi debat anatar “penyaji” dengan “kontra” dan sesekali meminta
argumentasi dari kelompok “penengah”. Langkah ketiga, mintalah kolompok
“pembela” untuk menyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat
antara kelompok kontra dengan kelompok “pembela” dan sesekali meminta
argumentasi dari kelompok “penengah”.
Doronglah peserta yang lain untuk mencatat jawaban berbagai argumen atau bantahan yang
disarankan kepada juru bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali
menyambut dengan applaus terhadap argumen-argunen dari wakil atau juru bicara
tim mereka.
g.
Ketika dianggap perdebatannya sudah
cukup, akhiri perdebatan tersebut dan gambungkan kembali seluruh kelompok
tersebut dalam lingkaran penuh. Kemudian disimpulkan dan berilah komentar
tentang permasalah yang diajukan dalam perdebatan tersebut serta buatlah
diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajai oleh mahasiswa tentang
persoalan dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan argumen-argumen
terbaik yang dibuat kedua kelompok (“penyaji” dan “kontra”) debat tersebut.
Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk menyambut dengan
applaus atas “debat” yang telah dilakukan, setelah itu tutup kuliah dengan
membaca do’a.[7]
C.
Deskripsi
Berikut ini merupakan gambaran atau
deskripsi pelaksanaan strategi pembelajaran Debat Aktif, yaitu:
Pembukaan
Guru menyampaikan presepsi dan motivasi tentang materi
pelajaran terdahulu. Kemudian guru memotivasi para siswa pentingnya materi yang
akan dipelajari serta memberi contoh yang berhubungan dengan materi ajar.
Kegiatan Pokok
Guru menulis tujuan pembelajaran tentang ‘materi yang akan
dibahas’ kemudian menjelaskan bahan belajar tersebut. Guru memberikan beberapa contoh
tindakan poligami. Siswa membuat contoh lainnya.
Guru membuat sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap
materi yang telah disampaikan yaitu adanya “bolehkah poligami?”. Beberapa siswa
diminta pendapatnya hingga teridentifikasi ada 2 pendapat, yaitu pendapat yang
setuju dan tidak setuju dengan poligami. Kemudian guru membagi kelas menjadi 2
kelompok. Satu kelompok sebagai kelompok “PRO” atau pendukung pernyataan
setuju, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau
kelompok yang menolak pernyataan tersebut atau tidak setuju.
Guru memandu debat antara kelompok setuju dan tidak
setuju terhadap poligami. Masing-masing kelompok memberikan alasan secara
terbuka dan kelompok lain dapat membantah atau memberikan alasan yang
bertentangan.
Debat diakhiri dengan menunjukkan alasan dan pertimbangan
masing-masing kelompok mengapa setuju dan tidak setuju terhadap poligami. Guru
memberi penguatan terhadap hasil debat yang berbesda tersebut.
Penutup
Guru
bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran. Guru menutup pelajaran dan
menugaskan siswa mencatat tugas.
[3]
T.M.A. Ari Samadhi, Pembelajaran Aktif
(Active Learning). Dalam makalah teaching improvement workshop. Engineering
education development project ADB Loan No. 1432-INO. hlm 48
[4] Melvin
L.Silberman, 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusa
Media. Hlm, 127-129
[5] Melvin L. SIlberman. 2011.Active learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusamedia, Bandung:,
hlm 141-142.
[7] Hujair AH. Sanaky. Metode Dan Strategi
Pembelajaran Berorientasi Pada
Pemberdayaan Peserta Didik. Dalam makalah active
learning. www.sanaky.com diakses 12 January 2012
No comments:
Post a Comment