A.
Pengertian
Belajar
Belajar
adalah sesuatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyaakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.[1]
Adapun
beberapa definisi lain tentang belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidik
modern yaitu:
a) Hilgard dan Bower, dalam
buku Theories of learning (1975) mengemukan bahwa, “ Belajar behubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar cenderung respon
pembawaan,kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.”
b) Gagne, dalam
buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa,” Belajar terjadi
apabila sesuatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu
sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c) Morgan dalam
buku Introduction of Psychology (1978) mengemukan bahwa,” Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dengan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil
dari latihan atau pengalaman.”
d) Witheringthon
dalam bukunya Educational Psychology mengemukan bahwa “ Belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian.”
Dari
definisi-defenisi diatas, adanya beberapa elemen penting yang mencirikan
pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:
a. Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkah
laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih
buruk.
b. Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman ; dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri sesorang bayi.
c. Untuk
dapat disebut belajar, maka perubahan-perubahan itu harus relatif mantap;
d. Tngkah
laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian,
pemecahan suatu masalah/berfikir,
keteampilan kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.[2]
B.
Proses
Belajar
Proses
berasal dari bahasa latin “ processus “ yang
berarti bejalan ke depan. Menurut Chaplin (1972), proses adalah sesuatu
perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Menurut Reber (1988),
dalam psikologi belajar, proses adalah cara-cara atau langkah-langkah khusus
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil
tertentu.[3]
Dengan kegiatan belajar atau penyesuian diri bermacam cara digunakan,beberapa
macam cara penyesuaian diri yang dilakukan manusia yaitu[4]:
a. Belajar
dan Kematangan
Bahwa
kematangan (maturation) adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ.Suatu organ
dalam diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika ia telah mencapai
kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan itu datang
atau tiba waktunya dengan sendirinya.
Sedangkan
belajar lebih membutuhkan kegiatan yang sadari, suatu aktivitas,
latihan-latihan dan kosentrasi dari orang yang bersangkutan. Proses belajar
terjadi karena perangsang-perangsang dari luar. Sedangkan proses kematangan
terjadi dari alam.
Akan tetapi,meskipun
demikian janganlah diharapkan bahwa (belajar dan kematangan) itu dalam
prakteknya berhubungan erat satu sama lain, keduanya saling menyempurnakan.
b. Belajar
dan Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri meupakan juga suatu proses yang dapat merubah tingkah laku manusia.
Penyesuaian diri itu
ada dua macam:
1. Penyesuaian
diri autoplastis,seseoang mengubah dirinya disesuaikan dengan keadaan
lingkungan atau dunia luar,dan
2. Penyesuaian
diri alloplastis,yang bearti mengubah lingkungan/dunia luar disesuaikan dengan
kebutuhan dirinya.
Kedua
macam penyesuaian diri ini termasuk ke dalam proses belajar,karena daripadanya
terjadi perubahan-perubahan yang kadang-kadang sangat mendalam dalam kehidupan
manusia. Manusia dalam kehidupannya setiap hari selalu belajar. Akan tetapi, tidak
semua belajar adalah penyesuaian diri.
c.
Belajar dan Pengalaman
Belajar
dan pengalaman keduanya merupakan suatu proses yang dapat merubah sikap, tingkah
laku dan pengetahuan kita. Akan tetapi, belajar dan memperoleh pengalaman
adalah berbeda. Mengalami sesuatu belum tentu merupakan belajar dalam arti
pedagogis, tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar bearti juga mengalami.
Contoh
pengalaman yang bukan belajar ialah:
Karena
mengalami sesuatu yang menyedihkan dapat menimbulkan apatis dan putus asa pada
seseorang.
Contoh
lain: karena bodohnya, pengalaman-pengalamannya tidak digunakan untuk belajar, tidak
digunakan untuk menambah pengalaman yang baru
d.
Belajar dan Bermain
Dalam
bemain juga terjadi proses belajar. Persamaannya ialah bahwa dalam belajar dan
bermain keduanya terjadi perubahan, yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan
pengalaman.
Akan
tetapi, antara keduanya terdapat perbedaan. Menurut arti katanya, bermain
merupakan kegiatan yang khusus bagi anak-anak meskipun pada orang dewasa
terdapat juga.Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang umum, terdapat pada
manusia sejak lahir sampai mati.
Menurut
sifatanya, perbedaan antara belajar dan bermain ialah kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada
masa depan, masa kemudian, sedangkan kegiatan bermain hanya tujukan untuk
situasi diwaktu saja. Tujuan bermain (kesenangan, kepuasan) terletak di dalam
situasinya, diwaktu kegiatan permainan itu berlangsung,
e.
Belajar dan Pengertian
Belajar
mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya mencapai pengertian. Ada proses
belajar yang berlangsung dengan otomatis tanpa pengertian.
Sebaliknya
ada pula pengertian yang tidak menimbulkan proses belajar. Dengan mendapatkan sesuatu pengertian tertentu,
belum tentu seseorang kemudian berubah tingkah lakunya. Belum tentu seseorang
yang mengerti tentang sesuatu berarti menjalankan atau bersikap sesuai dengan
pengertian yang telah tercapainya itu.
f.
Belajar dan Menghafal
atau mengingat
Menghafal
atau mengingat tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum
menjamin bahwa orang sudah belajar dalam arti sebenarnya. Sebab untuk
mengetahui sesuatu tidak cukup hanya dengan menghafal saja, tetapi harus dengan
pengertian.
Maksud
belajar ialah menyediakan pengalaman-pengalaman untuk menghadap soal-soal
dimasa depan. Jika pengalaman-pengalaman itu hanya merupan sesuatu yang statis,
yang tidak berguna atau digunakan untuk adanya perubahan dalam tingkah laku,
sikap atau pengetahuan, maka hal yang demikian tidak tidak terjadi proses belajar.
g.
Belajar atau latihan
Persamaannya
ialah bahwa belajar dan latihan keduanya dapat menyebabkan perubahan atau
proses dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan.Akan tetapi antara keduanya
terdapat pula perbedaan. Didalam terdapat pula proses belajar terjadi tanpa
latihan.
Dengan
uraian diatas cara-cara atau proses belajar itu berlangsung. Bahwa belajar itu
tidak hanya melatih kematangan, menyesuaikan, diri, memperoleh pengalaman,
pengertian atau latihan-latihan.
Dilihat
dari sudut ilmu mendidik, belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan
kecakapaan-kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah
laku yang baru. Jadi, perubahan atau perbaikan yang terjadi dalam belajar
terutama ialah perubahan atau perbaikan dari fungsi-fungsi psikis yang menjadi
syarat dan mendasari perbaikan tngkah laku dan kecakapan-kecakapan.
C.
Teori-Teori
Belajar
Berikut ini beberapa teori belajar, yang
merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi sesuai dengan aliran
psikologinya masing-masing. Teori belajar yang terkenal dalam psikologi antara
lain[5] :
1.
Teori Conditioning
Teori
Conditioning dibagi lagi menjadi empat
teori lagi yaitu:
a)
Teori Classical
Conditioning (Pavlov dan Watson)
Ivan
Petrovich Pavlov dapat dikatakan sebagai pelopor dari teori Conditional. Ia
adalah ahli psikologi-refleksologi dari rusia. Ia mengadakan percobaan sebagai
berikut:
Seekor
anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga kelenjar ludahnya berada
diluar pipinya, imasukkan kekamar yang gelap. Di kamar itu hanya ada sebuah
lubang yang terletak didepan moncongnya, tempat menyodorkan makan atau
menyorotkan cahaya pada waktu diadakan percobaan-percobaan. Pada moncongnya
yang telah dibedah itu dipasang sebuah pipa (selang) yang dihubungkan dengan
sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian dapat diketahui keluar tidaknya air
liur dari moncong anjing itu pada waktu diadakan percobaan-percobaan. Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan-percobaan
itu adalah makanan lampu senter untuk menyorotkan bermacam-macam warna,
dan sebuah bunyi-bunyian.
Dari
percobaan yang dilakukan oleh Pavlov mendapatkan kesimpulan bahwa gerak-gerakan
refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga
dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (keluar air liur ketika
melihat makanan yang lezat, dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajar
(keluar air liur karena menerima atau beraksi terhadap warna sinar tertentu,
atau terhadap suatu bunyian tertentu.
Adapun
kelemahan dari Teori Classical Conditioning yaitu[6]:
1)
Proses belajar itu
dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses kegiatan mental
yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali hanya sebagian gejalanya.
2)
Peristiwa belajar itu
bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti kegiatan mesin dan robot,
padahal seseorang yang belajar itu memiliki self
direction dan self contol untuk
menolak atau merespon sesuatu bila tidak ia khendaki.
3)
Proses belajar manusia
yang dianalogikan dalam prilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat ada
perbedaan yang tajam antara keduanya.
b)
Teori Conditining dari
Guthrie
Guthrie
mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang
sebagai deretan tingkah laku yang berdiri dari unit-unit. Unit-unit tingkah
laku merupakan reaksi atau respons dari perangsang atau stimulus sebelumnya,
dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan
response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Jadi pada proses conditioning
ini umumnya terjadi proses asosiasi antara unit unit tingkah laku satu sama
yang lain. Ia juga mengunakan hubungan stimulus atau perangsang dan response
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Dijelaskan juga bahwa hubungan
antara stimulus atau rangsangan dan respon cenderung hanya bersifat sementara,
sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberikan
stimulus agar hubungan antara stimulus dan response yang muncul bersifat lebih
tetap. Ia juga mengmukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan
bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan
response tersebut[7].
Guthrie
mengemukan bagaimana atau metode untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang
baik, berdasarkan teori conditioning. Beberapa metode digunakan Guthri dalam
mengubah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan pada hewan maupun pada manusia[8] :
1)
Metode Reaksi
Berlawanan (Incompatible Response Method)
Manusia
itu adalah suatu organisme yang selalu mereaksi kepada perangsang-perangsang
tertentu. Jika suatu suatu reaksi terhadap perangsang-perangsang telah menjadi
suatu kebiasaan, maka cara untuk mengubahnya ialah dengan menghubungkan
perangsang (stimulus) dengan reaksi (respon) yang berlawan dengan reaksi buruk
dihilangkannya.
2)
Metode membosankan
(Exchaustion Method)
Hubungan
antara asosiasi antara perangsang dan reaksi (S-R) pada tingkah laku yang buruk
itu dibiarkan saja sampai lama mengalami keburukan itu sehingga menjadi bosan.
3)
Metode Mengubah
Lingkungan ( Change of Enviroment Method)
Suatu
metode yang dilakuakan dengan jalan memutuskan atau memisahkan hubungan antara
S dan R yang buruk yang akan dihilangkannya. Yakni menghilangakan
kebiasaan-kebiasaan buruk yang disebabkan oleh suatu perangsang (S) dengan
mengubah perangsangannya itu sendiri.
c)
Teori Operant
Connditioning (Skinner)
Seperti
Pavlov, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang
dan respose. Hanya perbedannya,Skinner membedakan adanya dua macam response,
yaitu:
Respondent
response (reflexive response): response yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu. Misalnya,keluar air liur setelah melihat
makanan tertentu. Pada umumnya, Perangsang-perangsang yang demikian itu
didahului response yang ditimbulkannya.
Operant
response (instrumental response): yaitu respon yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu
disebut reinforcing stimuli atau reinforen.
Sekarang ini teori Skinner yang sangat
besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara pengaruhnya.
Di dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi
pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang
pengajaran sebagian besar disusun berdasar atas teori Skinner.
d) Teori
Systematic Behavior (Hull)
Clark C. Hull
mengemukan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau keadaan terdorong (oleh
motif, tujuan, maksud, aspirasi,ambisi) harus ada dalam diri seseorang yang
belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan.
Dalam hal ini efisiensi belajar tergantung pada besarnya tingkat pengurangan
dan kepuasan motif yang menyebabkan timbulnya usaha belajar itu oleh
respon-respon yang dibuat individu itu.
Dua
hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah, incentive motivation (motivasi,
insentif) dan drive stimulus reduction
(pengurangan stimulusvpendorong).
2.
Teori Conectionism
(Thorndike)
Menurut
teori trial and error (mencoba-coba
dan gagal),setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baruakan melakukan
tindakan tindakan yang bersifat coba-coba secara tidak terkendali. Thorndike
juga berpendapat bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, dan lain-lain. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan atau tindakan[9].
Jadi proses belajar menurut Thorndike melaui proses:
Trial
and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan)
Law
of effect; yang berarti bahwa segala tingkah laku
yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi)
akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan segala tingkah laku yang
berakibat tidak menyenangkan akan dihilangkan atau dilupakannya. Tingkah laku
ini terjadi secara otomatis.
Thorndike melihat bahwa organisme itu
(juga manusia) sebagai mekanismus; hanya bergerak atau bertindak jika ada perangsang
yang mempengaruhinya. Terjadinya otomatisme dalam belajar menurut Thorndike
disebabkan adanya law of effect itu.
Kelemahan dari teori ini ialah:
Terlalu
memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan
hewan . Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi terlalu
selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak
berlaku bagi manusia.
Memandang
belajar hanya merupakan asosiasi belaka
antara stimulus dan respons. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar
ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan
yang terus menerus.
Karena
proses belajar berlangsung secara mekanistis,maka “pengertian” tidak
dipandangnya sebagai suatu yang pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan
“pengertian” sebagai unsur yang pokok dalam belajar.
3.
Teori Belajar menurut
Psikologi Gestalt
Menurut para ahli psikologi Gestalt, manusia itu
bukanlah hanya sekedar makhluk reaksi yang hanya berbuat atau beraksi jika ada
perangsang yang mempengaruhinya.
Menurut
psikologi Gestalt, belajar bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antara
stimulus-respons yang makin lama makin kuat karena adanya latihan latihan atau
ulangan-ulangan. Belajar menurut psikologi Gestalt terjadi jika ada pengertian. Pengertian muncul apabila
seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah, tiba-tiba
muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu
dengan yang lain, kemudian dipahami, dimengerti maknanya.
Belajar
adalah suatu proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang
sudah ada. Manusia belajar memahami
dunia sekitarnya dengan jalan mengatur
menyusun kembali pengalaman-penglamannya yang banyak dan beserakan menjadi
suatu struktur dan kebudayaan yang berarti dan dipahami olehnya.
Dengan
singkat, belajar menurut psikologi Gastalt dapat diterangkan sebagai berikut:
Dalam belajar faktor
pemahaman atau pengertian merupakan faktor terpenting. Dengan belajar dapat
memahami atau mengerti hubungan antara pengetahuan dan pengalaman.
Dalam belajar, pribadi
atau organisme memegang peranan yang paling sentral.
Teori-teori belajar
perlu diingatkan bahwa dalam menilai atau menyimpulkan pendapat-pendapat dari
teori belajar jangan hendaknya kita memandang sebagai suatu yang saling
bertentangan dan mengangap yang salah satu itulah yang benar dan yang lain
salah. Perbedaan-perbedaan yang terdapat antara berbagai teori belajar itu
disebabkan karena perbedaan jenis-jenis belajar yang diselidiki. Belajar yang
ada berahap rendah ada yang bertahap tinggi. Yang terpenting sebagai pendidik
ialah mengambil manfaat dari masing-masing dari teori teori tersebut, dan
materi yang dipelajari dan yang diajarkan.
KESIMPULAN
Belajar
adalah sesuatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyaakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan.
Proses berasal
dari bahasa latin “ processus “ yang
berarti bejalan ke depan. Menurut Chaplin,
proses
adalah sesuatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Menurut
Reber dalam psikologi belajar, proses
adalah cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu.macam macam proses belajar:
a)
Belajar dan Kematangan
b) Belajar
dan Penyesuaian Diri
c) Belajar
dan Pengalaman
d) Belajar
dan Bermain
e) Belajar
dan Pengertian
f) Belajar
dan Menghafal atau mengingat
g) Belajar
atau latihan
Teori belajar
yang terkenal dalam psikologi:
1.
Teori Conditioning
·
Teori Conditioning
dibagi lagi menjadi empat teori lagi
yaitu:
·
Teori Classical
Conditioning (Pavlov dan Watson)
·
Teori Conditining dari
Guthrie
·
Teori Operant
Connditioning (Skinner)
·
Teori Systematic
Behavior (Hull)
2. Teori
Conectionism (Thorndike)
3. Teori
Belajar menurut Psikologi Gestalt
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul
Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Perspektif Islam, Kencana, Jakarta:2004
Drs. M. Ngalim Purwanto, psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung:1984
DR. C. Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta:2008
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:2007
[1] Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Kencana,
Jakarta:2004, Hal. 209
[3] Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi
pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:2007,
Hal. 113
[4] Drs. M. Ngalim Purwanto, Op.Cit.,Hal.
86-88
[5]Ibid. Hal 89
[6] Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi
pendidikan Dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:2007,
Hal: 219
[7] DR. C. Asri Budiningsih, Belajar
Dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta:2008, Hal. 23
[8] Drs. M. Ngalim Purwanto, psikologi
Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:1984, Hal .94-95
[9] DR. C. Asri Budiningsih, Op.
Cit, Hal:21
No comments:
Post a Comment