Wellcome to Jeymind18
Showing posts with label Khutbah. Show all posts
Showing posts with label Khutbah. Show all posts

Saturday, 21 July 2018

Khutbah Jum'at : Tiga Teguran Nabi di Akhir Zaman



إن الْحَمْدَ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
يَا أَيُّهَا الذِيْنَ أَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم.
Para hadirin yang dimuliakan oleh Allah. Mari pada kesempatan siang ini melalui mimbar Jumat ini, kami sebagai khatib berpesan pada diri kami sendiri dan para hadirin untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Yang dengan cara inilah insyaallah takwa akan sanggup menghantarkan kita hidup penuh dengan kebahagiaan , keselamatan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Yaitu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah.
Kita mengingat sejarah kira-kira pada 14 abad yang lalu di mana Islam telah mengalami puncak keemasan di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW. Islam menjadi kebanggaan umat. Pengaruh Islam dengan cepat menyebar hampir ke seluruh dunia. Padahal pada saat itu umat Islam sangat minim. Ini semua tidak lain berkat kekuatan Aqidatul Islam yang tertanam di jiwa mereka dan ketaatan menjalankan agama atau syariat yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya berdasarkan suatu hukum yang bersumber kepada Al Quran maupun al Hadis. Sungguh Islam pada satu itu sangat jaya.
Maka tidak salah jika Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa al islamu ya’lu wala yu’la alaihi. Akan tetapi pada saat itu juga Rasulullah SAW. memperingatkan pada para sahabat bahwa nanti Islam hanya tinggal nama. orang banyak mengaku bahwa dirinya adalah muslim, dia adalah orang Islam, KTP Islam, tapi sayang nama hanya tinggal nama, apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan konsep Al Quran maupun al Hadis .
Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan dari imam baihaqi yang bersumber dari Sayyidina Ali Karamallahu wajhahu yang berbunyi:

يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لا يَبْقَى مِنَ الإِسْلامِ إِلا اسْمُهُ , وَلا يَبْقَى مِنَ الْقُرْآنِ إِلا رَسْمُهُ , مَسَاجِدُهُمْ يَوْمَئِذٍ عَامِرَةٌ , وَهِيَ خَرَابٌ مِنَ الْهُدَى , عُلَمَاؤُهُمْ شَرُّ مَنْ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ , مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ الْفِتْنَةُ , وَفِيهِمْ تَعُودُ
Artinya secara bebas, akan datang kepada manusia, kata Nabi di akhir zaman nanti di mana Islam nanti hanya tinggal nama. Banyak orang mengaku dirinya muslim tapi tadi saya katakan bahwa kelakuannya tidak mencerminkan keislamannya. Dia mengaku sebagai seorang muslim, tapi selalu melanggar syariat-syariat yang sudah ditentukan baik oleh Allah maupun Rasul-Nya.
Tidak sedikit zaman sekarang orang di sana-sini mengaku dirinya adalah Islam, tapi maaf apa yang dia ucapkan tidak sesuai dengan apa yang dia lakukan. Sering kali benturan dengan fakta , kadang kala omongannya A di satu tempat ditempat yang lain B. Inilah yang menyebabkan semakin lama Islam akan semakin luntur, Islam hanya tinggal nama seperti kata Rasulullah SAW. Nah, dengan demikian marilah kita semua sebagai orang muslim, ya mudah-mudahan Allah menakdirkan kita betul-betul muslim bukan hanya sekedar nama orang muslim tapi juga kelakuannya betul-betul muslim sesuai apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Kita sangat prihatin dalam keadaan seperti sekarang, tidak sedikit saudara kita yang mengaku muslim tapi kelakuannya adalah mabuk-mabukan, berbuat zina, merampok, selalu menganggu orang lain. padahal semua ini dilarang di dalam Islam. Islam tidak mengajarkan demikian, apalagi melakukan dengan kekerasan. Islam bagaimanapun tetap mempunyai nilai rahmatan lil alamin, ini yang pertama yang disampaikan oleh Rasulullah SAW.
Yang kedua wala yabqo minal quran illa rasmuhu, Al Quran nanti akhir zaman hanya tinggal tulisan. Sekarang memang banyak orang muslim yang punya Al Quran, tapi juga banyak pula orang muslim yang tidak punya Al Quran. Banyak saudara kita yang bisa membaca Al Quran, tapi belum tentu mereka bisa mengamalkan apa yang ada di dalam Al Quran. Andaikata kita semua lari kembali kepada konsep Al Quran, dengan apa yang kita baca di dalamnya, lalu kita amalkan maka insyaallah hidup kita akan tenang, bahagia, selamat baik di dunia maupun di ahkirat.
Kenapa? Rasulullah SAW. pernah menyampaikan dalam sebuah hadis:
القرآن شَافِعٌ لأصْحَابِهِ
Al Quran sanggup memberikan syafaat, pertolongan kepada siapapun yang membacanya, baik itu berkaitan masalah di dunia maupun nanti di akhirat. Dengan demikian marilah melalui mimbar jumah ini kita biasakan untuk membaca Al Quran. Ditarget kalau bisa dalam satu bulan kita bisa mengkhatamkan Al Quran, syukur tiap hari jumat kita bisa mengkhatamkan Al Quran. Betapa dimanjakannya oleh Allah SWT orang yang membaca Al Quran. Sungguh sangat dimanjakan oleh allah.
Kita baru membaca alif lam mim, itu ada tiga huruf, tiga puluh kebaikan insyaallah diberikan Allah kepada kita. Lalu bagaimana kalau kita membaca sekian banyak surat dalam Al Quran. Syukur kalau kita bisa mengkhatamkan Al Quran begitu banyaklah pahala yang diberikan oleh Allah kepada kita. Namun maaf, bukan hanya sekedar kita baca, alangkah indah dan baiknya kalau kita bisa mengamalkan Al Quran. Kita lihat zaman sekarang mungkin saudara-saudara kita yang pernah membaca Al Quran di antara ayat yang dibaca adalah innamal khomru wal maysir. Tahu mereka bahwa khomr itu dilarang di dalam Islam, tapi lihat dalam kenyataan masih banyak saudara kita yang mabuk-mabukan, yang teler baik itu secara sembunyi maupun terang-terangan. Padahal bukan hanya Al Quran yang melarang, tapi pemerintah pun juga melarang. Nah dengan demikian kita mohon kepada Allah, mudah-mudahan kita bukan hanya sekedar membaca Al Quran, tapi bisa mengamalkan tafsir Al Quran. Amin ya rabbal alamin.
Yang ketiga wamasajiduhum amiratun wahiya khorobun minal hudyi. Masjid di akhir zaman kata Nabi insyaallah bagus-masjid. Masjid dimana-mana besar, indah, sayangnya kata Nabi, “Wahiya khorobun minal hudyi,” sayang seribu sayang masjid itu sepi dari hidayah. Memang banyak orang yang berjamaah terutama di kota-kota besar wabil khusus pada hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Banyak berjamaah sampai-sampai masjid tidak cukup menampung jamaah tetapi sayang setelah pelaksanaan shalat kelakuaannya masih kembali kepada perbuatan-perbuatan yang sebelumnya dia lakukan. Menandakan bahwa “wahiya khorobun minal hudyi” jauh dari hidayah.
Masjid itu memberikan hidayah kepada jamaah. Kadang kala masih ada kita berjamaah di satu masjid setelah melaksanakan jamaah sandal ilang, sepatupun lenyap. Inilah yang mungkin digambarkan Rasulullah wahiya khorobun minal hudyi. Dengan demikian bolehlah masjid kita diperindah, diperbagus, diperbesar, tapi kita mohon kepada Allah mudah-mudahan masjid juga bisa memberikan hidayah kepada para jamaah, kepada orang lain bukan hanya yang berjamaah sehingga mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Yang terakhir apa yang disampaikan oleh Nabi seperti menjadi sebuah kenyataan, wa ‘ulamauhum syarrun man tahta adimi as sama’i min ‘indihim takhruju al fitnah wa fii him ta’udu.
Ulama akhir zaman kata Nabi lebih jelek daripada umatnya, masyarakatnya dibawah langit ini. Kenapa? Karena dari merekalah timbullah fitnah dan akan kembali fitnah itu pada mereka. Kita lihat zaman sekarang, para kyai walaupun tidak semuanya, hanya beda baju, hanya beda golongan, partai kadang kala satu sama yang lain saling mencemooh, mencaci maki, saling menghina. Kadang kala hanya mempertahankan kelompoknya dan saling menyalahkan. Tidak bersumber dari Al Quran dan hadis yang seharusnya adalah ulama warasatul anbiya’, seharusnya para ulama menyelamatkan umat justru kadang kala para ulama membingungkan umat. Lalu, kalau masyarakat bingung, siapa yang harus kita jadikan imam? Mungkin satu-satunya cara yang tepat buat kita tidak lain hanyalah memohon kepada Allah mudah-mudahan kita semua bisa kembali kepada konsep Al Quran dan hadis sekaligus kita diberikan hidayah oleh Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.
Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini bisa memberikan hikmah dan manfaat kepada kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَ قُلْ الرَّبِّ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Terima Kasih sudah membaca Khutbah Jum'at : Tiga Teguran Nabi di Akhir Zaman. Silahkan berikan komentar yang baik dan bermanfaat bagi admin dan pembaca semua. terima kasih



Artikel Terkait



KHUTBAH JUMAT : HAKIKAT IMAN DAN TANDA-TANDANYA


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. 



Jama’ah Jum’at Yang InsyaAllah di Rahmati Allah Swt

Wahai kaum Muslimin, marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menolong agama-Nya dan selalu berbuat taat kepada-Nya agar Dia memberikan pertolongan dan pahala-Nya kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
,
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ  .الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي اْلأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاَةَ وَءَاتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ اْلأُمُورِ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (Qs al-Hajj/22:41-42)
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya iman itu tidak diperoleh hanya dengan berangan-angan, tidak pula dengan berhias secara fisik, akan tetapi iman adalah apa yang terukir dan tertanam di dalam hati. Dan bukti kejujuran iman itu adalah dengan mengerjakan berbagai ketaatan dan menjauhi berbagai maksiat. Setiap orang bisa mengaku seorang Muslim, bahkan lebih dari itu yaitu mengaku Mukmin. Setiap orang bisa mengucapkan asyhadu allâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muhammadar rasûlullâh. Orang-orang munafik juga menyebut Allah Subhanahu wa Ta’ala , padahal mereka berada di neraka yang paling dasar. Mereka datang kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.” Mereka bersumpah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya bahwa mereka beriman kepada beliau, padahal sebenarnya mereka tidaklah demikian. Akan tetapi syahadat dan iman mereka tidaklah bermanfaat bagi mereka dan mereka berada di neraka yang paling bawah, di bawah orang-orang Musyrik, Atheis, Yahudi dan Nasrani. Karena syahadat dan iman mereka tidak bersumber dari keyakinan dan keimanan, tidak pula karena sikap menerima dan tunduk ke pada Allah Swt.
Allah Swt Berrfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Qs al-Baqarah/2:8)

Iman adalah akidah yang kokoh sebelum segala sesuatu. Iman itu membuahkan perkataan yang baik dan amal shaleh. Iman juga menghasilkan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, serta ikhlas dalam mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti Rasul-Nya. Iman adalah kesungguhan, amalan, ketekunan, kesabaran, menahan dan mencegah diri dari sesuatu disukai maupun yang tidak disukai semata-mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya iman memiliki tanda-tanda yang banyak. Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak menyebutkannya dalam al-Qur`ân dan Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menyebutkannya dalam haditsnya. Di antara contohnya adalah firman Allah Swt Berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ . الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ . أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allah-lah mereka bertawakal. (yaitu) Orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” (Qs al-Anfâl/8:2-4)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman berfirman:

وَإِذَا مَآأُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ . وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ . أَوَلاَ يَرَوْنَ أَنَّهُمْ يُفْتَنُونَ فِي كُلِّ عَامٍ مَّرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ لاَيَتُوبُونَ وَلاَهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?” adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan suroh itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir. Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran? (Qs at-Taubah/9:124-126)

Jama’ah Jum’at Yang InsyaAllah di Rahmati Allah Swt

Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala, adakah di antara kita yang menyandang kedudukan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas? Adakah dari kita, ketika nama Allah Subhanahu wa Ta’ala disebut, hatinya menjadi takut kemudian mengagungkan-Nya. Adakah  dari kita, ketika ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dibacakan, imannya menjadi bertambah dan mereka merasa gembira karena telah merasakan manisnya bisa membenarkan dan mengamalkan hukum-hukumnya? Adakah dari kita yang mewujudkan tawakalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala? hanya bersandar kepada-Nya serta tidak menggantungkan diri kepada selain-Nya? Adakah dari kita yang mengerjakan shalat sesuai yang tuntutan agama, dengan cara menjaga shalat itu dan menyempurnakan rukun-rukun dan syarat-syaratnya? Adakah dari kita yang menginfakkan sebagian rezekinya yang telah diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara membayar zakat dan menutup kekurangan kaum kerabat dan orang-orang fakir miskin?

Wahai  Jama’ah Jum’at Yang InsyaAllah di Rahmati Allah Swt

Marilah sejenak kita memikirkan keadaan saudara kita sesama Muslim. Jika kita perhatikan keadaan mereka saat ini – tidak hanya di daerah kita saja, akan tetapi di seluruh daerah islam atau wilayah Islam, kita sering menemukan mereka bukanlah Muslim dan Mukmin sejati, kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah Swt. Mulai yang kaya hingga yang miskin, mereka meremehkan (agama) dan tidak menunaikan hak-hak Allah Swt yang menjadi kewajiban mereka sebagai hamba-Nya. Penyepelean dalam perkara keimanan maupun keyakinan dan penyepelean dalam akhlak dan pemeliharaanya. banyak umat Islam yang meremehkan masalah keimanan dan keyakinan sebagaimana mereka juga  meremehkan masalah akhlak dan penjagaannya serta meremehkan amalan. Mereka menyepelekan keimanan dengan menjadikan mahluk sebagai kholik; kita dapati dalam hati mereka ada keraguan terhadap berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya berupa perkara-perkara ghaib. Mereka ragu dengan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak merasa ragu dengan keberadaan diri mereka. Padahal, orang yang ragu dengan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, seharusnya dia ragu dengan keberadaan dirinya dengan alasan karena tidak satu pencipta pun selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagian kaum Muslimin sekarang ini jika nama Allah Swt disebut di sisinya, hatinya tidak bergetar sedikit pun, seolah-olah sesuatu yang disebut di sisinya itu tidak lebih hanya sesuatu yang membuat hati mereka takut. Apabila ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala dibacakan kepada mereka, iman mereka tidak bertambah, bahkan hatinya bertambah semakin kotor. Mereka mengolok-olok ayat-ayat Allah Swt dan bersikap sombong  terhadap hukum-hukumnya. Sebagian kaum Muslimin saat ini, tidak bertawakal kepada Allah Swt, bahkan sebaliknya, mereka  bersandar pada sebab-sebab yang bersifat serba materi secara utuh. Karena itulah, kita dapati mereka tidak mengikuti syariat Islam dalam mencari rezeki. Mereka beranggapan bahwa cara-cara syar`i hanya akan mempersempit pintu rezeki. Sehingga, mereka mencari rezeki dengan cara apapun, tidak peduli itu halal atau haram. Sebagian umat Islam ada juga mencari keamanan dan keselamatan kepada kuburan, dukun dan bentuk musuh-musuh Allah Swt lainnya, sehingga hal itu  mengakibatkan mereka loyal kepada mereka pada sebagian perkara yang menyelisihi syariat Islam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِهِم مِّن بَعْدِ مَاتَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَى لَهُمْ . ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لِلَّذِينَ كَرِهُوا مَانَزَّلَ اللهُ سَنُطِيعُكُمْ فِي بَعْضِ اْلأَمْرِ وَاللهُ يَعْلَمُ إِسْرَارَهُمْ . فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ . ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَآأَسْخَطَ اللهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, setan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi), ‘Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan’, sedang Allah mengetahui rahasia mereka. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (Qs Muhammad/25-28)

Mereka adalah orang-orang yang berloyal kepada musuh-musuh Islam pada sebagian perkara yang menyelisihi syariat. Mereka menempuh jalan yang menyimpang ini tiada lain karena lemahnya tawakal mereka kepada Allah Swt dan kuatnya tawakal mereka kepada selain-Nya. Mereka membela musuh-musuh Allah Swt habis-habisan karena mereka kuat dalam hal materi. Mereka mengira segala sesuatu bisa mereka raih. Mereka lupa bahwa yang menciptakan mereka lebih dahsyat kekuatannya dari pada orang-orang yang mereka bela. Sesungguhnya kekuatan yang mereka kagumi dari musuh-musuh Allah Swt tersebut bisa mereka dapatkan jika mereka mau bertawakal kepada Allah Swt dan mengerjakan sebab-sebab yang menyebabkan datangnya pertolongan Allah Swt dengan cara menegakkan agama-Nya dan menerapkan syariat itu pada diri-diri mereka dan orang-orang yang loyal kepada  mereka. Karena, jika mereka mengerjakan yang demikian, maka Allah Swt akan bersama mereka. Dan siapa yang bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia akan menang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

وَمَاكَانَ اللهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَىْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلاَفِي اْلأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا
Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (Qs Fâthir:44)

Saat ini ada sebagian kaum Muslimin yang tidak menegakkan shalat dan tidak pula menjaganya. Mereka tidak menunaikannya sesuai dengan sunnah Rosulullah, tidak menyempurnakan syarat-syarat dan rukun-rukunnya serta kewajiban-kewajibannya. Mereka tidak memperhatikan masalah thaharah, sudahkah mereka telah menyempurnakan thaharah itu ataukah belum. Mereka tidak mengerjakan shalat tepat waktu, tidak pula menunaikannya dengan tuma`ninah, baik ketika duduk, ruku`, maupun sujudnya. Bahkan sebagian mereka yang mengaku Muslim, ada yang tidak melaksanakan shalat sama sekali, bahkan lebih dari itu, mereka mengolok-olok orang-orang yang mengerjakan shalat. Ada juga sebagian kaum Muslimin mereka yang pekerjaannya hanya mengumpulkan harta benda saja dan menahan diri mereka untuk berinfak. Mereka tidak menunaikan zakat, sedekah maupun infak sama sekali kepada orang-orang yang berhak. Mereka membelanjakan sebagian besar hartanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bahkan terkadang untuk sesuatu yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.

 Terima Kasih sudah membaca Khutbah Jum'at : HAKIKAT IMAN DAN TANDA-TANDANYA. Silahkan berikan komentar yang baik dan bermanfaat bagi admin dan pembaca semua. terima kasih

KHUTBAH JUM'AT : Macam-Macam Hidayah


اَلْحَمْدُ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ، وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ أَمَّابَعْدُ.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْ اللهَ ,اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.


Maasiral Muslimin Jamaah Jumah Rahimakumullah
Dalam khutbah ini marilah kita memantapkan kembali komitmen dan janji kita, untuk senantiasa menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Berupa al-wajibat maupun al-mandubat. Kita lakukan dengan penuh kesungguhan, kesadaran, dan keikhlasan. Karena itu yang menjadikan kita masuk ke dalam kategori imtitsal kepatuhan yang tidak bersyarat, dalam situasi apa pun dan keadaan apa pun.
Harus kita tinggalkan juga segala hal yang dilarang, dan tentu larangan ini berkaitan untuk kebaikan kita di kehidupan ini. Ketika kita tinggalkan maka ia bisa menjaga kita masuk ke dalam hal-hal yang menjerumuskan atau menganggu di dalam kehidupan. Ini yang disebut dengan al-manhiyat yang berupa al-muharramat larangan bersifat tegas maupun al-makruhat larangan bersifat anjuran, sebaiknya kita tinggalkan.
Maasiral Muslimin Rahimakumullah
Sesungguhnya untuk menjadi baik, seorang muslim yang baik, Allah telah memberikan tuntunan melalui syariatNya dan lewat perantara Nabi yang disampaikan kepada kita. Para ulama di dalam tafsiran memberikan pemahaman bahwa ada lima bentuk hidayah. Lima petunjuk yang diberikan Allah kepada manusia. Manusia sebagai mandataris atau khalifah Allah di bumi.
Sebagai mandataris, Allah telah memberikan sistem di kehidupan ini sebagai syariat. Ada ketentuan yang diberikan Allah melalui ajaran agama, ada ketentuan yang diserahkan Allah kepada manusia melalui kemampuan akal dan logika pikiran,  ada ketentuan yang secara otomatis melekat di dalam setiap penciptaan makhlukNya, termasuk manusia di dalamnya.
Yang pertama, ada hidayatu al-Fitri al-Ilahiyyi. Hidayah/petunjuk yang secara otomatis melekat di dalam setiap penciptaan Allah, dalam setiap makhluk-Nya di alam semesta ini. Apakah itu manusia, malaikat, atau binatang sekali pun dan seluruh ciptaan yang lain, termasuk al-jamadat  tumbuh-tumbuhan, an-nabatat seluruhnya telah diberikan hukum-hukum yang berlaku di dalam kehidupan masing-masing (makhluk).Ada fitrah yang secara otomatis melekat di dalam setiap penciptaan, yang menjadi petunjuk bagi kehidupannya masing-masing.
Seorang bayi, ketika dia lahir secara otomatis saat dalam keadaan lapar maka dia akan menangis. Menangisnya bayi adalah fitrah ilahiyyah. Tidak perlu bayi menunggu untuk sekolah dulu untuk bisa menangis karena lapar. Hidayah ini bersifat given/pemberian, secara otomatis diberikan oleh Allah dan melekat di dalam sistem yang ada di dalam setiap penciptaan. Binatang pun juga demikian, dia mempunyai fitrah ilahiyyah. Ada karakter dan insting. Dan keseluruhan itu adalah ashlu al-khilqah asal penciptaan sudah berada dalam sistem penciptaan alam semesta.
Yang kedua, ada hidayatu al-hawasy. Ada petunjuk Allah yang ditempelkan dan melekat pada indra.  Kalau manusia disebut dengan pancaindra. Seluruh makhluk yang mempunyai indra itu pemberian dari Allah. Mulut itu untuk merasakan sesuatu, mata itu indranya untuk melihat. Manusia diberi itu, binatang pun juga diberi itu. Makhluk Allah yang lain pun diberi itu. Meskipun kita terkadang tidak bisa mengilmiahkan itu, tetapi dia (makhluk) ada perasaan, hawasy, indra  yang dilekatkan di dalam setiap penciptaan makhluk.
Bahkan indra yang dimiliki selain manusia itu jauh lebih sempurna. Karena proses penyempurnaan itu tidak perlu terjadi dan dilakukan untuk (makhluk) selain manusia. Anak kucing itu ketika telah lahir dari induknya maka secara otomatis dia bisa lari. Begitu juga anak kambing, juga setelah lahir langsung bisa berjalan dan otomatis bisa berlari. Karena Allah menciptakan indra untuk binatang itu sudah sempurna sejak awal diciptakan tanpa melalui proses penyempurnaan.
Tapi untuk manusia tidak, indra yang dimiliki manusia untuk bisa sempurna akan melalui sebuah tahapan dan ada proses untuk menjadi sempurna. Proses itu nanti akan disempurnakan oleh yang ketiga yaitu hidayatu al-Aqli. Ada hidayah kecerdasan, ada keilmuan yang harus dipenuhi oleh manusia untuk bisa menyempurnakan kekuatan indranya.
Burung elang diciptakan oleh Allah, mempunyai kekuatan indra (mata) yang luar biasa ketajamannya. Mata kita tidak ada apa-apanya. Elang tidak perlu teknologi, tidak perlu belajar secara ilmiah alat untuk mendeteksi dan melihat. Tetapi manusia, supaya bisa menciptakan matanya agar mampu memandang dan menembus kekuatan yang luar biasa maka mata kita ini perlu diilmiahkan. Perlu diberi ilmu.
Begitu pula kaki kita, tidak mungkin kita bisa melewati air dari sungai dan lautan, tanpa ilmu. Tetapi, ikan bisa berenang tanpa harus tenggelam, dia tidak mati tanpa menggunakan alat (pernapasan). Kenapa, karena sejak dilahirkan dan diciptakan oleh Allah di dunia ini, dia sudah diberi kesempurnaan indra itu. Tapi manusia untuk bisa melebihi dari (makhluk) yang lain, kata kuncinya adalah pada hidayatu al-Aqli. Kecerdasan empirik, ilmiah. Itu membutuhkan belajar dan ilmu. Juga kekuatan untuk memahami di dalam proses kehidupan ini.
Burung untuk terbang itu tidak perlu sekolah, tapi manusia untuk bisa terbang dia perlu teknologi. Yang melibatkan sekian macam disiplin ilmu pengetahuan. Burung diciptakan al-hawasynya sudah sempurna, tidak perlu ada proses. Tidak perlu faatba’a sababa. Wa ja’alna likulli syai’in sababa, dalam arti proses dan ilmu pengetahuan itu tidak perlu (bagi burung). Manusia untuk bisa terbang harus mempunyai ilmu. Teknologi yang berhubungan dengan hal penerbangan itu.
Yang keempat, hidayatu ad-Din. Manusia yang berilmu belum tentu hidupnya sempurna. Manusia yang berilmu tanpa agama sesungguhnya dia masih jauh untuk menjadi manusia yang baik. Allah memberikan hidayah ini melalui perantara seorang rasul yang diberikan tugas untuk menyebarkan petunjuk agama. Tidak seluruh aspek dalam agama bisa dijangkau oleh akal pikiran manusia. Kecerdasan ilmu pengetahuan tidak mungkin menjangkau seluruh (aspek) dalam agama terutama yang berkaitan dengan al-Ma’ad, persoalan-persoalan yang ghaibat, sam’iyyat, tidak mungkin logika kita bisa sampai kesana.
Oleh karena itu perlu seorang rasul, kiai, ustad, dan muballigh yang menyampaikan itu. Yang menunjukkan bahwa nanti ada hari akhir, ada hisab, ada mizan, ada pembalasan surga dan neraka. Itu semua tidak mungkin dijangkau oleh wilayah empiris, logika, dan pikiran manusia. Yang bisa menyampaikan (hidayah ini) adalah orang yang ditunjuk oleh Allah, seorang rasul dan diteruskan oleh para ulama sebagai waratsatu al-anbiya’.
Oleh karena itu, belajar agama perlu seorang guru. Perlu sanad yang jelas. Kitab yang jelas, dan refrensi yang jelas. Tidak bisa mengandalkan kekuatan logika pikiran tanpa ada yang memberikan garansi atas validitas dan kebenaran ilmu agama itu. Dan itu semua hanya ada di pesantren.
Tapi belum tentu orang yang mengerti agama bisa melakukan perbuatan baik. Orang yang sudah belajar agama belum bisa dipastikan bahwa dia akan menjadi orang yang baik. Bahkan orang yang sudah mengerti tentang agama pun belum tentu dia mau beriman kepada Allah. Orang yang tahu shalat dhuha itu baik, belum tentu mau melaksanakan. Orang yang tahu bahwa sedekah itu baik, belum tentu mau sedekah.
Kenapa, karena masih ada hidayah yang tertinggi. Yaitu hidayatu at-Taufiq wa al-Mau’unah. Dan ini menjadi hak prerogatif Allah sepenuhnya. Seorang rasul pun tidak diberi kewenangan untuk memberikan hidayah tersebut. ‘Kekuatan’ untuk bisa melakukan apa yang diketahui, untuk menjadi sesuatu yang diamalkan di dalam kehidupan, untuk menjadi orang baik dan beriman, orang yang patuh dan melakukan (kebaikan), diperlukan taufiq wa ma’unah. Dan hanya Allah yang berhak untuk memberikan itu. Seorang rasul pun, Allah berfirman innaka la tahdi man ahbabta, walakinna allaha yahdi man yasya’. Seorang kiai hanya bertugas untuk menyampaikan. Tetapi apakah seseorang mau beriman atau tidak itu bukan lagi menjadi otoritas seorang rasul.
Maka tidak boleh seorang kiai memaksakan seseorang untuk beriman. Karena beriman adalah sebuah pilihan yang memberi petunjuk itu adalah Allah. Orang yang sudah mau ngaji itu sudah sangat dekat dengan hidayatu at-Taufiq. Sehingga Allah menyebutkan, man yuridi allahu bihi khoiran yufaqqihu fi ad-din. Kalau anda sudah diberi kekuatan oleh Allah untuk mau mengaji, senang berkumpul dengan orang yang bisa ngaji, maka anda sudah dengan kebaikan yang dikehendaki oleh Allah.
Oleh karena itu, bagi anda yang sudah berilmu bukan berarti sudah final. Tetapi kita memohon kepada Allah, dengan ilmu Allah memberikan kemanfaatan ilmu itu agar menjadi berkah dan manfaat. Bisa menjadi sebuah amaliah, yang dari situ akan mendapatkan sebuah nilai nanti di akhirat.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ.  وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم إنَّهُ تَعَالى جَوَّادٌ كَرِيْمٌ رَؤُوْفٌ الرَّحِيْمُ
 terima kasih sudah membaca Khutbah berjudul Macam-Macam Hidayah. Silahkan berikan komentar yang baik dan bermanfaat bagi admin dan pembaca semua. terima kasih

Featured post

Hak dan kewajiban suami istri menurut imam mazhab

--> Kewajiban suami atau hak istri a)       Meminpin, memelihara dan membimbing keluargaserta menjaga dan bertanggung jawab atas ...

Popular Posts