Wellcome to Jeymind18

Thursday, 2 May 2013

GURU DAN IMLEMENTASI KURIKULUM

A.    Implementasi Kurikulum Dan Permasalahannya
Salah satu tumpuan pendidikan yang selama ini sering mendapat sorotan adalah kurikulum. Betapa tidak, kurikulum sering menjadi kambing hitam kemunduran pendidikan suatu bangsa. Jika pendidikan merosot, banyak pihak dengan serta merta menuding bahwa “kurikulum” yang berlaku tidak sesuai dengan perkembangan, kurikulumnya tidak baik, harus diganti, harus dibenahi, dan sebagainya
Masalah yang sering menjadi perdebatan seputar kurikulum adalah persoalan implementasi kurikulum yang “kadang-kadang” belum diketahui hasilnya namun telah diganti pula dengan kurikulum yang baru. Secara teknis dapat dikemukakan beberapa persoalan.
1. Kesiapan dan kemampuan guru memahami kehendak kurikulum baru
2. Kesiapan perangkat/media dalam mendukung pelaksanaan kurikulum baru
3. Sosialisasi kurikulum kepada masyarakat
Berkenaan dengan persoalan yang dikemukakan di atas, maka semuanya akan sangat terpulang kepada fungsi dan peranan guru dan staf di sekolah, dalam upaya mengembangan dan mengimplementasikan kurikulum sehingga benar-benar dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu, sosialisasi terhadap kurikulum amat penting dilakukan dengan segera, untuk menghindari keterlambatan pamahaman yang berakibat pada keterlambatan penerapannya.
Perubahan kurikulum ini harus diantisipasi dan dipahami oleh berbagai pihak, karena kurikulum sebagai rancangan pembelajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan proses dan hasil pendidikan. Sekolah sebagai pelaksana pendidikan, baik kepala sekolah, guru maupun peserta didik sangat berkepentingan dan akan terkena dampaknya secra langsung dari setiap perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum ini harus disikapi secara positif dengan mengkaji dan memahami implementasinya di sekolah.
Keberhasilan perubahnan kurikulum di sekolah sangat bergantung pada guru dan kepalah sekolah, karena dua figure tersebut merupakan kunci yang menetukan serta menggerakkan berbagai komponen dan dimensi sekolah yang lain.
Harus diakui, bahwa keberhasilan implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang  akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum tersebut. Kemampuan guru tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan, serta tugas yang dibebankan kepadanya tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berfungsinya kurikulum terletak pada bagaimana pelaksanaanya di sekolah, khususnya di kelas dalam kegiatan pembelajaran, yang merupakan kunci keberhasilan tercapainya tujuan. Interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, kurikulum dan peserta didik  memainkan peran sangat penting, terutama dalam penyesuaian kurikulum dengan perkembangan masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi, dan lingkungan belajar. Kesemuaannya itu sangat menuntut kualifikasi guru, untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yang dinamis. Sukmadinata mengungkapkan bahwa : “Hambatan utama dalam pengembangan kurikulum di sekolah terletak pada guru, di antaranya karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan guru itu sendiri”.[1] Di samping itu, implementasi kurikulum dalam kegiatan pembelajaran di sekolah juga sangat dipengaruhi oleh dukungan sarana dan prasarana yang memadai, terutama kondisi ruang kegiatan pembelajaran, laboratorium, dan alat Bantu pembelajaran.
Dalam Implementasi kurikulum, guru dan kepala sekolah perlu memperhatikan tiga komponen utama sebagai berikut :
1.      Standar kompetensi yang dituju harus dirumuskan secara spesifik
2.      Silabus yang dikembangkan harus merumuskan secara jelas program pembelajaran, hasil pembelajaran dan criteria penilaian
3.      Persiapan mengajar perlu dilakukan secara matang, untuk menentukan bahwa kegiatan pembelajaran suda dapat dilaksanakan.
Guru juga dituntut untuk melaksanakan seleksi terhadap kompetensi yang akan dikembangkan, sehingga rumusan kompetensi yang diperoleh betul-betul dibutuhkan oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan dan beban tugas yang akan dilakukan setelah mengikuti pembelajaran.
Disisi lain, kelemahan dan hambatan dalam implementasi kurikulum bersumber pada persepsi yang berbeda diantara komponen-komponen pelaksana (kepala dinas, pengawas, kepala sekolah, dan guru), serta kurangnya kemampuan menerjemahkan kurikulum ke dalam operasi pembelajaran. Kondisi tersebut, antara lain disebabkan karena pengangkatan mereka dalam posisi tersebut bukan berdasarkan keahlian untuk mengemban tugas yang dituntut oleh kedudukannya.
Dalam pelaksanaan  kurikulum, pembelajaran bukan semata-mata tanggung jawab  guru, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara guru, tetapi murupakan tanggung jawab barsama antra guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, bahkan kepala sekolah. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam implementasi kurikulum.

B.     Pengertian Implementasi Kurikulum
Menurut kamus bahasa Indonesia, kata Implementasi artinya pelaksanaan, penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya .[2]
Kalau diibaratkan dengan sebuah rancangan bangunan yang dibuat oleh seorang Insinyur bangunan tentang rancangan sebuah rumah pada kertas kalkirnya maka impelemntasi yang dilakukan oleh para tukang adalah rancangan yang telah dibuat tadi dan sangat tidak mungkin atau mustahil akan melenceng atau tidak sesuai dengan rancangan, apa bila yang dilakukan oleh para tukang tidak sama dengan hasil rancangan akan terjadi masalah besar dengan bangunan yang telah di buat karenarancangan adalah sebuah proses yang panjang, rumit, sulit dan telah sempurna darisisi perancang dan rancangan itu.
Maka implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan dengan implementasi.Rancangan kurikulum dan impelemntasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai intikurikulum untuk memahami perancangan kuirkulum dengan baik dan benar.
 Fullan dalam Miller and Seller yang mengemukakan definisi tentang implementasi yaitu: ”suatu proses peletakan ke dalam praktek tentang suatu ide, program atau seperangkat aktivitas baru bagi orang dalam mencapai atau mengharapkan suatu perubahan
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky, mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky  mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin. Adapun Schubert  mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya yaitu kurikulum.[3]
Dalam kenyataannya, implementasi kurikulum menurut Fullan merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan.
Dalam konteks implementasi kurikulum pendekatan-pendekatan yang telah dikemukakan di atas memberikan tekanan pada proses. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda.
Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan mendemosntrasikan metode pengajaran yang diugunakan.
Pendekatan kedua, menurut Nurdin dan Usman  menekankan pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-pengalaman guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka penyempurnaan program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. Implementasi dianggap selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang sudah lengkap.
Sedangkan pendekatan ketiga, Nurdin dan Usman memandang implementasi sebagai bagian dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti perkembangan dan megadopsi program-program yang sudah direncanakan dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).
Menurut Mulyana, yang dimaksud dengan implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkugan. Secara umum implementasi mencakup pengembangan program, pelaksanaan program, dan evaluasi.
      Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa implementasi kurikulum adalah operasionalisasi konsep kurikulum yang msih bersifat fontesial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pemelajaran.dalam hal ini hasan mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis.

C.    Implementasi kurikulum
Dalam upaya implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan, dibutuhkan kerja keras dari para guru. Guru dituntut untuk meningkatkan profesionalisme sehingga pelaksanaan tugas-tugas guru benar-benar merupakan upaya implementasi kurikulum yang maksimal. Implementasi kurikulum berjalan secara maksimal merupakan kunci tercapainya tujuan pendidikan.[4] Pemerintah tidak lagi menghendaki guru yang tidak inovatif, kurang kreatif dan hanya mengajar sekadarnya.
Memang sering dijumpai guru yang mengajar tanpa ada persiapan yang memadai. Guru yang demikian, sangat merugikan kegiatan pendidikan, khususnya dalam upaya keras terwujudnya implementasi kurikulum yang maksimal. Jika merujuk pada pengertian Implementasi kurikulum sebagai upaya melaksanakan seluruh isi dan kehendak kurikulum secara maksimal, efektif dan efisien, maka tugas tersebut menjadi sebuah tanggung jawab yang sangat besar bagi para guru dan penanggung jawab pendidikan. Olehnya itu, peran kepala sekolah sebagai supervisor di tiap satuan pendidikan menjadi sangat penting.
Implementasi kurikulum adalah istilah yang biasa ditujukan terhadap upaya mewujudkan kurikulum sebagai tindakan-tindakan nyata di dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Implementasi kurikulum pada intinya adalah bagaimana para guru merancang proses pembelajaran yang dapat mencapai tujuan kurikulum dan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui pembelajaran kooperatif.
       Implementasi kurikulum sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.[5]
a)      Karakteristik kurikulum;yang mencakup ruang lingkup ide baru duatu kurikulum dan         kejelasannya bagi pengguna di lapangan
b)      Setrategi implementasi;yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi,seperti diskusi profesi,seminar, penataran, loka karya,penyedian buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorog penggunaan kurikulum di lapangan.
c)      Karakteristik pengguna kurikulum,yang meliputi pengetahuan keterampilan,nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum, (curriculum planning) dalam pemelajaran.

       Di sisi lain, mars mengumukakan tiga faktor yang mempengaruhi implemntasi kurikulum,yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru; dan dukungan internal yang dating dari dalam dari guru sendiri.dari berbagai faktor tersebut guru merupakan faktor di samping faktor-faktor lain dengan kata lain, keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugas dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum(pemelajaran) tidk akan mumuaskan .
       Dalam garis besarnya implementasi kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan. Program, pelaksanan pemelajaran, dan evaluasi.


[1] Mulyasa, Implementasi kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.  PT Remaja Rosadakarya, Bandung: 2004. Hal. 5
[2] Sumarsih Anwar, Kompetensi Guru Madrasah, Departemen Agama RI, Jakarta : 2007 , Hal.19
[3] http://wwwpengertian-implementasi-kurikulum.html
[4] http://www.implementasi_kurikulum.html
[5] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Pt Remaja Rosadakarya. Bandung : 2004. Hal.94

No comments:

Featured post

Hak dan kewajiban suami istri menurut imam mazhab

--> Kewajiban suami atau hak istri a)       Meminpin, memelihara dan membimbing keluargaserta menjaga dan bertanggung jawab atas ...

Popular Posts