Wellcome to Jeymind18

Tuesday 28 November 2023

Konsep Hijrah di Era Digital

1. Kemukakan hikmah peristiwa hijrah Rasulullah SAW dan diskusikan bagaimana konsep hijrah di era digital ini?

Hikmah peristiwa hijrah Rasulullah SAW

Persitiwa hijra Nabi Muhammad saw. dari Kota Mekkah ke Madinah terjadi pada tahun 622 Masehi. Tahun dimana terjadinya peristiwa Hijrah Rasulullah SAW dari Mekah ke Madinah itu dijadikan sebagai awal perhitungan bagi kalender Hijriyah yang kita gunakan smap
ai saat ini.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah merupakan momen yang sangat penting dalam sejarah Islam. Selain peristiwa fisik yang berpindahnya Nabi dan para sahabat dari satu tempat ke tempat lain, hijrah juga mengandung hikmah dan pelajaran serta makna yang dalam bagi umat Islam. Berikut adalah pengembangan narasi tentang konsep hijrah Nabi Muhammad SAW:

a.      Menambah Keteguhan dan Ketabahan Iman

Peristiwa hijrah menguji keteguhan dan ketabahan iman Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Mereka menghadapi berbagai rintangan dan ancaman dikota Mekkah, tetapi mereka tidak pernah menggoyahkan iman dan kepercayaan mereka kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa keteguhan iman adalah kunci untuk menghadapi setiap tantangan dalam hidup.

b.      Belajar Mengalah untuk Menang

Hijrah juga mengajarkan pentingnya belajar mengalah demi kepentingan yang lebih besar. Meskipun Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sangat mencintai Mekkah sebagai kota suci mereka, mereka memilih untuk meninggalkannya demi melindungi dan menyebarkan agama Islam. Peristiwa ini mengajarkan pentingnya mengedepankan kepentingan kolektif di atas kepentingan pribadi.

c.       Rela Berkorban untuk Agama

Hijrah juga merupakan contoh nyata tentang rela berkorban untuk agama. Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya meninggalkan harta, keluarga, dan kenyamanan di Mekkah untuk mencari perlindungan dan menyebarkan Islam di Madinah. Tindakan ini menunjukkan bahwa agama Islam mengajarkan nilai-nilai pengorbanan untuk kepentingan yang lebih tinggi.

d.      Menambah Ketakwaan kepada Allah

Hijrah menambah ketakwaan kepada Allah karena merupakan perintah langsung dari-Nya. Nabi Muhammad SAW menaati perintah Allah dengan tulus dan berangkat menuju Madinah dengan penuh keimanan. Konsep hijrah mengajarkan pentingnya taat kepada Allah dan keimanan yang tulus dalam menjalankan perintah-Nya.

e.       Menumbuhkan Rasa Persaudaraan

Peristiwa hijrah menghubungkan hubungan persaudaraan yang kuat antara Muhajirin (pendatang dari Mekkah) dan Anshar (penduduk asli Madinah). Nabi Muhammad SAW membentuk akad persaudaraan di antara mereka untuk saling mendukung dan membantu dalam menghadapi perubahan kehidupan baru di Madinah. Konsep hijrah mengajarkan tentang pentingnya persaudaraan dan kerjasama dalam membangun masyarakat yang solid dan beradab.

f.       Hendaknya selalu berusaha mengubah kemunkaran sekuat tenaganya, dan jika tidak mampu maka hendaknya meninggalkan tempat kemunkaran itu dan tidak berdiam di tempat kemunkaran atau kemaksiatan tersebut. Tetapi selama usaha perubahan masih dapat dilakukan walaupun sedikit demi sedikit, maka tidak mengapa berdiam di sana sambil terus mengupayakan perbaikan beriktiar menumpas kemunkaran.

g.      Membuat Perencanaan yang Matang.

Betapa rapinya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam merancang dan membuat “program” dakwah. Walaupun dakwah ini pasti akan ditolong oleh Allah Ta’ala dan beliau adalah seorang Rasul yang dijamin tidak akan dicelakai dan tidak akan dapat dikalahkan, tetapi beliau tetap menjalani semua sunnatullah (hukum sebab akibat) dalam keberhasilan dakwahnya sebagaimana manusia biasa lainnya. Kegigihan Rasul dalam berdakwah terlihat jelas melalui usaha Beliau dalam mencoba berbagai inovasi baru dalam berdakwah.dan disertai dengan alasan-alasan yang relevan yang melatar-belakanginya.

h.      Bertanggung Jawab atas Ummat.

Sebagai seorang pemimpin, Nabi Muhammad saw. sangat bertanggung jawab dan memikirkan umatnya. Segala cara Beliau upayakan agar umatnya terhindar dari siksaan dan provokasi pihak lain. Selain itu bahwa perubahan harus dipimpin oleh seseorang yang memiliki kemampuan menjadi contoh dalam menjalankan perubahan tersebut. Kemampuan inilah yang dimiliki Nabi Muhammad Saw., dalam memimpin masyarakat Madinah untuk menuju perubahan yang berperadaban.

Konsep Hijrah di Era Digital

Dalam era digital saat ini, konsep hijrah masih relevan dan memiliki implikasi yang dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun hijrah secara harfiah berarti migrasi atau perpindahan fisik, dalam konteks era digital, hijrah dapat dimaknai secara lebih luas:

a.      Hijrah dari Dosa dan Kesalahan

Era digital membawa kemudahan dalam akses informasi dan komunikasi, tetapi juga membawa potensi untuk terjerumus dalam dosa dan kesalahan. Konsep hijrah dapat diterapkan untuk hijrah dari perilaku negatif di dunia maya, seperti kecanduan media sosial, penyebaran informasi palsu, atau kegiatan-kegiatan negatif lainnya.

b.      Hijrah dari Kesibukan Tanpa Manfaat

Internet dan perangkat digital seringkali membuat orang sibuk dengan hal-hal yang kurang bermanfaat. Konsep hijrah bisa berarti mengalihkan perhatian dari kesibukan yang tidak produktif menuju aktivitas yang lebih bernilai, seperti belajar, berusaha, atau berkontribusi bagi masyarakat.

c.       Hijrah untuk Edukasi dan Pengembangan Diri

Era digital juga memberikan akses yang tak terbatas ke sumber daya edukasi. Konsep hijrah di era ini bisa diartikan sebagai hijrah untuk terus belajar dan mengembangkan diri melalui beragam platform pembelajaran online.

d.      Hijrah Menuju Berbagi Kebaikan

Era digital memungkinkan kita untuk berbagi kebaikan dan inspirasi kepada banyak orang. Konsep hijrah di sini adalah menggunakan media sosial dan teknologi digital sebagai sarana untuk menyebarkan pesan positif, motivasi, dan berbagi manfaat dengan sesama.

e.       Hijrah untuk Kebaikan Sosial

Dalam era digital yang cenderung individualistik, konsep hijrah bisa mencakup hijrah menuju partisipasi lebih aktif dalam kegiatan sosial, aksi-aksi kemanusiaan, dan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Jadi dapat kita pahami bahwa Inti dari konsep hijrah di era digital adalah mengalihkan perhatian dari perilaku dan aktivitas yang tidak produktif atau negatif menuju hal-hal yang lebih bermanfaat dan membawa kebaikan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

 

2. Kemukakan karakteristik kebijakan dalam kepemimpinan Khalifah Rasyidin dan diskusikan karakteristik tersebut dikaitkan dengan konteks masa kini

 

1.      Kepemimpinan Abu Bakar Ash Shiddiq

Selama menjadi Khalifah, Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat singkat tersebut lebih diprioritaskan untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri, terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan di Madinah sepeninggal Nabi Saw. maka Abu Bakar Ash-Shiddiq menyelesaikan masalah tersebut dengan perang yang disebut dengan perang riddah (perang melawan kemurtadan). Masalah pemegang pucuk kekhalifahan menjadi pemicu munculnya fanatisme kesukuan. Tampilnya di antara suku-suku bangsa Arab yang mengaku dirinya sebagai Nabi, merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan suku bangsa terhadap kehidupan sosial-politik yang selama ini mereka pendam.

Dalam sejarah sifat ketegasan Abu Bakar Ash-Shiddiq salah satu contohnya yakni ketika Fuja’ah telah mengkhianati amanah, menipu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Fuja’ah datang kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq meminta sejumlah senjata untuk memerangi kaum murtad. Dengan senjata itu ia menyerang kaum muslimin yang tidak bersalah dan mengacau di sepanjang jalan dengan merampok, merampas dan menumpahkan darah. Ketika ia tertawan, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq menetapkan hukuman yang setimpal baginya, yaitu melemparkannya ke dalam api. Dengan demikian kita dapat mengetahui ketegasan Abu Bakar al-Shiddiq.

Abu Bakar Ash-Shiddiq meningkatkan kesejahteraan umum dan perekonomian dengan membentuk lembaga Baitul Mal”, semacam kas negara atau lembaga keuangan. Untuk kemaslahatan rakyat ini, beliau mengelola zakat, infaq, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, harta rampasan perang (ghanimah) dan jizyah dari warga negara non-muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal. Beliau juga mempelopori sistem penggajian aparat negara, misalnya untuk khalifah digaji amat sedikit, yaitu 2,5 atau 2,75 dirham setiap hari hanya dari baitul mal.

Metode Dakwah pada Masa Abu Bakar Ash Siddiq

a)      Metode Dakwah Bil-Lisan

Selepas dibai’at, Abu Bakar Ash-Shiddiq mulai berpidato dan setelah memuji Allah Pemilik segala pujian, beliau berkata: “Amma ba’du, hai sekalian manusia sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan aku bukanlah yang terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan, bantulah aku, dan jika aku bertindak keliru, maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian, maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali aku timpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian tersebar di tengah suatu kaum kecuali azab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya, maka tiada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian.’’

b)      Metode Dakwah Bil-Tadwin

Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan strategi dakwah. Umar bin Khattab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tertulis di berbagai media seperti pelepah kurma, tulang onta, dan lain-lain yang disimpan oleh para sahabat. karena alasan Umar bin Khattab yang rasional, yaitu banyaknya sahabat penghafal Al-Qur’an yang gugur di medan pertempuran dan khawatir akan habis seluruhnya, akhirnya Abu Bakar Ash-Shiddiq menyetujuinya. Abu Bakar Ash-Shiddiq menugaskan kepada Zaid bin Tsabit, penulis wahyu pada masa Nabi Muhammad Saw, untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu.

Upaya pengumpulan Al-Qur’an ini kelak melahirkan mushaf Usmani dan selanjutnya menjadi acuan dasar dalam penyalinan ayat-ayat suci Al-Qur’an hingga menjadi kitab Al-Qur’an. Oleh karena itu, metode dakwah melalui pengumpulan Al-Qur’an yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq melahirkan metode dakwah baru yaitu dakwah melalui tulisan seperti menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, surat kabar, internet, dan tulisan-tulisan lain yang mengandung pesan dakwah.

c)      Metode Dakwah Bil-Yad

Kata tangan disini bukan kata tangan sebagai tekstual tapi secara kontekstual yang dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menggunakan kekuatan kekuasaan sebagai metode dakwah kepada orang-orang yang membangkang.

Abu Bakar Ash-Shiddiq mengadakan rapat dengan para sahabat untuk meminta saran dalam memerangi mereka yang tidak mau menunaikan zakat. Abu Bakar Ash-Shiddiq juga menegaskan tekadnya untuk memerangi orang yang enggan membayar zakat seraya berkata : “Demi Allah aku akan memerangi siapapun yang memisahkan shalat dengan zakat. Zakat dengan harta kecuali dengan alasan”. Abu Bakar juga menggunakan kekuatan kekuasaan untuk menumpas nabi palsu, kaum murtad dari agama Islam, dan dakwah ke wilayah Irak dan Syria.

d)      Metode Dakwah Bil-Hal

Di samping baitul mal dan lembaga peradilan, khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Abu Bakar Ash-Shiddiq juga membentuk lembaga pertahanan dan keamanan yang bertugas mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi keagamaan dan pemerintahan.

e)      Metode Uswatun Hasanah

Dalam Bahasa Arab “keteladanan” diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah. “Keteladanan” adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Memberi teladan yang baik kepada umat Islam merupakan metode dakwah yang efektif. Abu Bakar Ash-Shiddiq menerapkan metode ini dalam dakwah Islamnya baik sebelum maupun sesudah menjadi khalifah.

Abu Bakar Ash-Shiddiq pada mulanya adalah orang kaya. Ia menafkahkan semua hartanya untuk perjuangan Nabi Muhammad Saw dan Islam. Abu Bakar Ash-Shiddiq merasa bahagia menafkahkan hartanya itu sehingga lupa bahwa ia sudah miskin. Ia juga masih melakukan pekerjaan-pekerjaan orang kecil seperti memerah susu, meskipun ia adalah pemimpin umat Islam. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang rendah hati bukan karena ia tidak punya apa-apa, tetapi justru ia memiliki segalanya.

2.      Kepemimpinan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab melakukan beberapa hal yang menjadi ciri kepemimpinan beliau, di antaranya adalah:

a. Musyawarah

Ketika ia meminta pendapat ia tidak pernah menunjukkan bahwa ia adalah pemegang kekuasaan khalifah yang diberi gelar dengan Amirul Mukminin, selalu menanamkan perasaan bahwa mereka adalah guru yang akan menunjukkannya ke jalan kebaikan.

b. Kekayaan untuk Rakyat

Pada waktu itu sesuai dengan kebutuhan, Umar membangun benteng dan tembok besar guna melindungi umat muslim. Kota-kota juga dikembangkan untuk mensejahterakan rakyat. Umar bin Khattab sama sekali tidak pernah berpikir mengambil keuntungan untuk kesenangan pribadi atau keluarganya.

c. Menjunjung Tinggi Kebebasan

Umar bin Khattab pernah berkata pada dirinya sendiri untuk tidak memperbudak manusia karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam kondisi bebas merdeka. Bagi umar bin Khattab kebebasan yaitu kebebasan kebenaran yang berarti ada di atas semua peraturan. Kebenaran yang dimaksud itu sendiri adalah Islam dan bukan kebebasan atas dasar logika liberalis.

d. Siap Mendengar dan Menerima Kritik

Umar bin Khattab terlibat dalam percakapan dengan salah seorang rakyatnya. Rakyat tersebut sangat bersikukuh atas pendapatnya pribadi sampai-sampai orang tersebut berulang kali mengatakan “takutlah engkau kepada Allah” yang ditujukan kepada Umar bin Khattab. Melihat hal tersebut salah satu sahabat Umar bin Khattab membentak balik rakyat tadi. Melihat tindakan sahabatnya, Umar bin Khattab malah berendah hati dan mengucapkan “Biarkan dia, sungguh tidak ada kebaikan di dalam diri kalian apabila tidak mengatakannya, dan tidak ada kebaikan di dalam diri kita apabila tidak mendengarkannya.”

e. Turun Langsung Mengatasi Masalah Rakyat

Di saat orang lain tidur lelap, Umar bin Khattab melakukan patroli untuk memastikan kondisi rakyatnya. Umar bin Khattab senantiasa khawatir apabila ada rakyatnya yang tidak bisa tidur karena kelaparan. Benar saja. Suatu waktu pernah Umar bin Khattab menemukan seorang ibu yang anak-anaknya menangis akibat kelaparan. Sementara sang ibu tidak memiliki bahan makanan untuk dimasak. Maka Umar bin Khattab pun menuju Baitul Mal dan membawakan gandum untuk keluarga tersebut.

3.      Kepemimpinan Utsman bin Affan

1.      Bidang Politik dalam Negeri

a)      Pembantu (Wazir/ Muawwin).  Wazir/ Muawwin adalah pembantu yang diangkat oleh khalifah agar membantu tugas-tugas serta tanggung jawab kekhalifahan Islam.

b)      Pemerintahan daerah/ gubernur.yaitu dengan menetapkan masa jabatan gubernur.

2.      Hukum

a)       Menjaga teks-teks pada masa Nabi Muhammad dalam bidang hukum, terikat dengan apa yang ada di dalam teks, mengikuti dan menaati teks yang ada.

b)      Meletakkan sistem hukum baru untuk memperkuat pondasi negara Islam yang semakin luas dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah beraneka ragam (Syalabi, 2013: 174-176).

c)      Menugaskan para sahabat terbaik menjadi Hakim-hakim.

3.      Baitul Mal.

Baitul Mal adalah tempat yang mengatur masalah keuangan.

4.      Militer

Keseriusan Utsman bin Affan dalam bidang militer menunjukkan bagaimana kekuatan Islam pada waktu itu dengan memilih tokoh-tokoh yang mampu memimpin kekuatan Islam seperti al-Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-Ash.

5.      Majelis Syuro

Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam menyampaikan pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah. Majelis syuro dibagi menjadi tiga, yaitu; dewan penasehat, dewan penasehat umum, dan dewan penasehat tinggi dan umum.

6.      Bidang Politik Luar Negeri

Utsman bin Affan melaksanakan politik ekspansi untuk menaklukkan daerah-daerah luar pemerintahan Usman bin Affan.

7.      Bidang Ekonomi

Utsman bin Affan menggunakan prinsip-prinsip politik ekonomi yang dijalankan di pemerintahannya, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:  a) Menerapkan politik ekonomi secara Islam.  b) Tidak berbuat zhalim terhadap rakyat dalam menetapkan cukai atau pajak.  c) Menetapkan kewajiban harta atas kaum muslimin untuk diserahkan kepada Baitul Mal.  d) Memberikan hak-hak kaum muslimin dari Baitul Mal.  e) Menetapkan kewajiban harta kepada kaum kafir dzimmi untuk diserahkan kepada Baitul Mal dan memberikan hak-hak mereka serta tidak menzhalimi mereka.  f) Para pegawai cukai wajib menjaga amanat dan memenuhi janji.  g) Mengawasi penyimpangan-penyimpangan dalam harta benda yang dapat menghilangkan kesempurnaan nikmat umat secara umum .

8.      Bidang Sosial

Pada masa khalifah Utsman bin Affan telah memberi kebebasan kepada umatnya untuk keluar daerah. Kaum muslimin dapat memilih hidup yang serba mudah.

9.      Bidang Agama

a)      Mengerjakan shalat. Pada tahun 29 H/650 M Utsman bin Affan mengerjakan shalat empat rakaat di Mina secara berjamaah.

b)      Ibadah Haji

c)      Pembangunan Masjid, seperti: Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Quba.

d)     Pembukuan Al-Qur’an

e)      Penyusunan kitab suci Al-Qur’an

f)       Penyebaran Agama Islam

 

4.      Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib

Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan bangsa Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadis sebagai sumber hukum Islam. Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang mempelajari ajaran Islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu al-Aswad al-Duali untuk mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu (Qawaid Nahwiyah). Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab mendapatkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam. Dengan demikian Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai penggagas ilmu Nahwu yang pertama.

Adapun tipe-tipe kepemimpinan Ali bin Abi Thalib:

a. Tipe Demokratis

b. Tipe Karismatik

c. Tipe Milliteristik

Saat Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah beliau berjalan hilir mudik di beberapa pasar untuk melakukan pengawasan tanpa disertai pengawal. Dalam melakukan dakwah, Ali bin Abi Thalib melakukan dakwah bil hikmah, dakwah mauizatul hasanah dan juga dakwah bi al mujadalah.

 

Dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa karakteristik kebijakan dalam kepemimpinan Khulafaur Rasyidin yang berdakwah tidak hanya melalui mimbar-mimbar dakwah semata, tetapi juga melalui keteladanan dan aksi nyata, adalah sebagai berikut:

 

a. Keteladanan (Uswatun Hasanah)

Khulafaur Rasyidin, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai Islam, tetapi juga hidup sesuai dengan ajaran Islam dengan tulus dan ikhlas. Mereka menjalani kehidupan pribadi dan publik mereka dengan keteladanan dalam hal integritas, kesederhanaan, keadilan, dan kejujuran.

Jika kita kaitkan dengan konteks masa kini bahwa Keteladanan tetap menjadi prinsip fundamental dalam kepemimpinan di masa kini. Pemimpin yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat, hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang, dan mengamalkan prinsip-prinsip etika Islam akan mendapatkan kepercayaan dan menginspirasi orang lain. Di era media sosial dan transparansi informasi, pemimpin yang tidak konsisten dengan kata-kata dan tindakan mereka dapat dengan mudah kehilangan kredibilitasnya.

b. Aksi nyata (Bil-Hal)

Selain berbicara, Khulafaur Rasyidin juga melakukan tindakan nyata untuk menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka membangun institusi, mengatur sistem peradilan, memperkuat perekonomian umat (baitul mal), juga membentuk lembaga pertahanan dan keamanan, serta memberdayakan kaum dhuafa dan fakir miskin. Seperti yang dicontohkan oleh khalifah Umar bin Khattab dengan turun langsung mengatasi masalah rakyat.

Jika kita kaitkan dengan konteks masa kini bahwa Pemimpin juga harus mengedepankan aksi nyata untuk menerjemahkan retorika ke dalam implementasi nyata kebijakan. Tindakan konkret seperti memerangi korupsi, mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi, dan meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan adalah contoh nyata dari penerapan prinsip-prinsip kepemimpinan yang efektif. Pemimpin masa kini perlu memiliki visi yang jelas dan strategi yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai etika dan moral dalam pembangunan masyarakat.

c. Inklusivitas

Khulafaur Rasyidin berusaha untuk mencakup seluruh masyarakat, termasuk pemeluk agama lain, dalam pengambilan kebijakan dan pemberdayaan. Mereka menghormati hak-hak minoritas dan memberikan kebebasan beragama selama tetap mematuhi hukum negara.

Jika kita kaitkan dengan konteks masa kini bahwa Pemimpin harus memperhatikan inklusivitas dalam kepemimpinannya. Dalam masyarakat yang multikultural dan multireligi, inklusivitas adalah kunci untuk menciptakan harmoni dan stabilitas. Pemimpin harus menghargai keragaman, memastikan perlindungan hak-hak minoritas, dan berusaha untuk menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua warganya.

d. Berorientasi pada pelayanan

Khulafaur Rasyidin dianggap sebagai pemimpin yang melayani masyarakat, bukan mencari kekuasaan atau keuntungan pribadi. Mereka menganggap diri mereka sebagai khalifah yang bertanggung jawab untuk mengelola amanah tersebut dengan baik.

Jika kita kaitkan dengan konteks masa kini bahwa mentalitas pelayanan adalah aspek penting dalam kepemimpinan yang efektif di era modern. Pemimpin harus memiliki komitmen yang kuat untuk melayani kepentingan publik, bukan kepentingan diri sendiri atau kelompok tertentu. Sikap rendah hati, kepedulian, dan dedikasi untuk masyarakat akan membantu membangun kepercayaan dan dukungan dari warga.

 Sumber :

https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/31/210000879/hikmah-di-balik-peristiwa-hijrahnya-nabi-muhammad?page=all#google_vignette

https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6600464/dua-hikmah-di-balik-peristiwa-hijrahnya-nabi-muhammad-saw#:~:text=Salah%20satu%20hikmah%20besar%20dari,sangat%20berat%20dari%20kafir%20Quraisy.

https://www.bsimaslahat.org/blog/2021/08/11/kisah-dan-hikmah-dibalik-peristiwa-hijrah-nabi-muhammad-saw/

https://islamic-economics.uii.ac.id/hikmah-hijrah/

Terima Kasih sudah membaca Silahkan berikan komentar yang baik dan bermanfaat bagi admin dan pembaca semua. terima kasih

No comments:

Featured post

Hak dan kewajiban suami istri menurut imam mazhab

--> Kewajiban suami atau hak istri a)       Meminpin, memelihara dan membimbing keluargaserta menjaga dan bertanggung jawab atas ...

Popular Posts