أَلْحَمْدُ لِلهِ أَلْحَمْدُ لِلهِ الْمُبْدِئُ
الْمُعِيْدُ الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيْدٌ.
نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ شُكْرًا مَقْرُوْنًا بِالتَّكْبِيْرِ وَالتَّسْبِيْحِ
وَالتَّحْمِيْدِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَافِيُّ الْوَعِيْدِ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِدِبْنِ
التَّوْحِيْدِ. اَللَّهُمَّ .فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحابِهِ الثَّابِتِ أَمَّا بَعْد
فياعبادالله أوصيكم وإياي بتقوى الله . واتقوا الله حق تقاته قال الله تعالى في القران العظيم . أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . هُنَالِكَ دَعَى زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ دُرِّيَةً طَيِّبَةً .
فياعبادالله أوصيكم وإياي بتقوى الله . واتقوا الله حق تقاته قال الله تعالى في القران العظيم . أعوذ بالله من الشيطان الرجيم . هُنَالِكَ دَعَى زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ دُرِّيَةً طَيِّبَةً .
Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah
SWT
Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan imtitsalul awamir wa ijtinabu an nawahi.
Marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan imtitsalul awamir wa ijtinabu an nawahi.
Hadirin
sidang Jum’at yang berbahagia
Anak
yang sholeh adalah dambaan, kebanggan, dan harapan setiap orang. Hal tersebut
tercermin pada doa nabi Zakariya as. Rabbi habli min ladunka durriyatan
thoyyibah, ‘Ya Allah Tuhanku, berikanlah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang saleh’. Atau doa nabi Ibrahim as. Rabbi habli min as-sholihin, ‘Ya
Tuhanku anugrahkanlah kepadaku seorang yang termasuk dari orang saleh’.
Namun
pada kenyataan, keberadaan anak tidak selalu hadir sebagaimana yang kita
harapkan. Terkadang anak hadir memberi kenyamanan dan juga sebaliknya,
mendatangkan berbagai kesulitan. Padahal kita sadar bahwa baik dan buruk
seorang anak akan membawa efek bagi orang tua baik di dunia maupun akhirat.
Di
dalam Al Quran gambaran keberadaan anak dapat dikategorikan dalam beberapa
kriteria. Yang pertama, anak Sholeh yang disebut oleh Al Quran dengan qurrota
a’yun, penenang hati, anak yang taat kepada Allah, berbakti kepada kedua
orang tua, berguna bagi agama dan bangsa. Setiap orang tua pasti ingin memiliki
anak sholeh dengan kriteria seperti di atas. Kita sebagai anak juga tetap
berusaha menjadi anak ssholeh yang berbakti kepada orang tua.
Yang
kedua, anak adalah perhiasan. Anak yang berhasil menitih karir dunia di
berbagai bidang profesi yang menjadi kebanggaan orang tua. Atau juga bangga dan
menjadi bahan cerita kepada orang lain karena paras cantik dan tampan. Dan
belum tentu anak ini bisa membaca Al-Quran, salat dengan baik, atau kebaikan
yang lain. Allah berfirman
ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ
وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
“Harta
dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang
terus-menerus lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan menjadi harapan yang
lebih baik”.
Yang ketiga, anak adalah fitnah. Yaitu anak yang hanya merepotkan kedua orang tuanya. Dia hanya makan, tidur, bermain, tidak bisa mencari uang, tidak bisa beribadah dan tidak berakhlak. Dalam hal ini Allah berfirman,
Yang ketiga, anak adalah fitnah. Yaitu anak yang hanya merepotkan kedua orang tuanya. Dia hanya makan, tidur, bermain, tidak bisa mencari uang, tidak bisa beribadah dan tidak berakhlak. Dalam hal ini Allah berfirman,
وَاعْلَمُوْا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ
فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ
“Dan
ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itulah hanya sebagai cobaan dan sesungguhnya
di sisi Allah ada pahala yang besar”.
Dan yang keempat, anak sebagai musuh. Hal ini juga diisyaratkan dalam Al-Quran,
Dan yang keempat, anak sebagai musuh. Hal ini juga diisyaratkan dalam Al-Quran,
يَا أَيُّهَا اَّلذِيْنَ أَمَنُوْا إِنَّ مِنْ
أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ
“Wahai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu akan menjadi
musuh”.
Anak
sebagai musuh adalah anak yang menodai orang tua karena perbuatannya. Seperti
berjudi, minum minuman keras, narkoba dan yang lain. Untuk itu, kecintaan dan
kebanggaan kita kepada anak adalah manusiawi. Namun tetap dituntut untuk
mendidik, memberikan perhatian dan kasih sayang agar menjadi anak yang salih
agar bisa mendoakan orang tua. Kita juga patut bercermin pada kekhawatiran
salah seorang Rasulullah, yang tertuang dalam
Al
Quran, ma ta’buduna min ba’di apa yang akan kamu sembah setelahku?. Ini
sebuah keprihatinan yang lahir dari kasih sayang dan kecintaan yang benar.
Bukan kecintaan yang melahirkan kemanjaan dan penumpahan yang salah. Sebagai
wujud dari hal tersebut, maka kita wajib mengantarkan mereka untuk mengenal
iman dan memiliki masa depan yang baik.
Dengan
memberikan bimbingan dan tauladan, karena hal itu merupakan kunci utama untuk
mendidik mereka. Akhlak dan budi pekerti tidak cukup hanya disampaikan
–walaupun itu penting- tetapi juga diteladani. Memberikan mereka uswah
dan memberi kontrol yang baik dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan
demikian kita dapat menjaga diri kita dan keluarga kita.
Demikianlah
hal-hal yang terkait dengan anak-anak kita, dengan harapan dan masa depan dari
generasi-generasi muda kita agar menjadi generasi yang baik dan patut
diharapkan. Semoga bermanfaat.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
No comments:
Post a Comment