1.
Apakah persoalan yang paling mendasar dalam pembelajaran aqidah yang terjadi dalam proses pembelajaran serta
landasannya.
Persoalan yang paling mendasar dalam pembelajaran Aqidah
Persoalan
yang paling mendasar dalam pembelajaran Aqidah Islam di sekolah dasar adalah
pemahaman yang sederhana dan dasar tentang konsep-konsep aqidah. Anak-anak pada
usia sekolah dasar belum memiliki pemahaman yang matang dan kompleks tentang
ajaran-ajaran agama, sehingga penting untuk menyajikan materi aqidah secara
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif dan pemahaman mereka. Anak-anak
pada usia sekolah dasar memiliki tingkat perhatian yang terbatas dan pemahaman
yang masih berkembang. Materi aqidah seringkali mengandung konsep-konsep
kompleks dan abstrak yang tidak selalu mudah dipahami oleh anak-anak usia
sekolah dasar. Beberapa konsep seperti keesaan Allah, sifat-sifat-Nya, atau
kehidupan akhirat, mungkin sulit bagi mereka untuk membayangkan dengan jelas.
Beberapa
landasan masalah tersebut antara lain:
a.
Tahap
perkembangan kognitif
Pada usia
sekolah dasar, anak-anak masih berada dalam tahap pemikiran konkret dan
operasional konkret. Mereka lebih cenderung memahami hal-hal yang nyata dan
konkret. Konsep aqidah yang bersifat abstrak dan metafisika, seperti keesaan
Allah atau sifat-sifat-Nya, sulit bagi mereka untuk dipahami karena tidak dapat
diamati atau diilustrasikan secara langsung.
b.
Bahasa dan
kosakata
Konsep-konsep
aqidah sering kali menggunakan bahasa yang lebih teknis dan abstrak. Kosakata
yang digunakan mungkin belum familiar bagi anak-anak usia sekolah dasar,
sehingga mempersulit pemahaman mereka terhadap materi aqidah.
c.
Terbatasnya
pengalaman hidup
Anak-anak pada
usia sekolah dasar belum memiliki banyak pengalaman hidup dan pengetahuan
tentang dunia. Konsep-konsep aqidah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat,
malaikat, dan hal-hal ghaib lainnya, tidak memiliki referensi nyata dalam
kehidupan sehari-hari mereka, sehingga sulit bagi mereka untuk membayangkan
atau memahaminya dengan jelas.
d.
Kurangnya bahan literasi untuk siswa disekolah tentang
aqidah
e.
Adanya pemahaman yang keliru atau salah terhadap
beberapa konsep aqidah.
f.
Minimnya pemahaman tentang hubungan antara aqidah
dengan ibadah dan kehidupan sehari-hari.
g.
Pengaruh lingkungan dan budaya yang dapat mempengaruhi
persepsi tentang aqidah.
2.
Apa saja
yang dipelajari dalam materi aqidah serta metode-metode untuk meningkatkan
kualitas aqidah.
Materi Aqidah dalam
pembelajaran di sekolah dasar
1.
Keimanan kepada Allah: Pemahaman tentang keesaan
Allah, Asmaul Husna, dan sifat-sifat-Nya yang baik.
2.
Keimanan kepada malaikat: Pengenalan tentang
malaikat sebagai makhluk Allah yang tak terlihat.
3.
Keimanan kepada rasul: Mengenal beberapa rasul
Allah dan mengerti peran mereka sebagai utusan-Nya.
4.
Keimanan kepada kitab-kitab Allah: Mengetahui
beberapa kitab suci yang diturunkan Allah, seperti Al-Qur'an.
5.
Keimanan kepada hari kiamat: Pemahaman tentang
kehidupan setelah mati dan akhirat.
6.
Keimanan tentang takdir atau ketentuan Allah
atas segala sesuatu.
Secara
Umum cara atau metode yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas Aqidah
adalah:
1. Melalui
pembiasaan dan keteladanan.
Pembiasaan dan keteladanan
itu bisa dimulai dari keluarga. Di sini peran orang tua sangat penting agar
akidah itu bisa tertanam di dalam hati sanubari anggota keluarganya sedini
mungkin. Keberhasilan penanaman akidah tidak hanya menjadi tanggungjawab guru
saja, tetapi menjadi tanggungjawab semua pihak. Karena itu, semuanya harus
terlibat. Selain itu pembiasaan hidup dengan kekuatan akidah itu harus
dilakukan secara berulang-ulang (istiqamah), agar menjadi semakin kuat
keimanannya.
2. Melalui
pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaran
dapat dilaksanakan baik dalam keluarga, masyarakat atau lembaga pendidikan
formal. Pendidikan keimanan ini memerlukan keterlibatan orang lain untuk
menanamkan akidah di dalam hatinya. Penanaman kalimat-kalimat yang baik seperti
dua kalimat syahadat dan kalimat lā ilaha
ill Allah (tiada Tuhan selain Allah) sangat penting untuk menguatkan
keimanan seseorang. Pendidikan dan pengajaran menjadi salah satu cara yang tepat
dalam menanamkan akidah dan meningkatkan kualitas akidah. Islam mendidik
manusia supaya menjadikan akidah dan syariat Allah sebagai rujukan terhadap
seluruh perbuatan dan tindakannya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam menjadi
kewajiban orang tua dan guru di samping menjadi amanat yang harus dipikul oleh
satu generasi untuk disampaikan kepada generasi berikutnya, dan dijalankan oleh
para pendidik dalam mendidik anak-anak.
Metode-metode
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah di sekolah dasar meliputi:
a. Cerita
Islami berupa kisah-kisah nabi yang wajib diimani melalui tayangan video atau
dengan bermain peran yang disesuaikan dengan usia anak.
b. Penggunaan
gambar, poster dan visualisasi untuk memperjelas konsep-konsep aqidah.
c. Pembelajaran
melalui permainan dan aktivitas yang menarik.
d. Diskusi
kelompok kecil untuk mendorong interaksi dan pertukaran pemikiran.
e. Pemberian
contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aqidah.
f.
Melaksanakan Program Pembinaan Iman dan Taqwa
(IMTAQ)
g.
Menghafal dan menyanyikan sifat 50.
3.
Sebutkan
prinsip-prinsip aqidah dalam Islam
Berikut ini beberapa prinsip akidah Islam:
1)
Pengakuan serta keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Esa.
Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu bersumber
dari wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW,
untuk diajarkan kepada ummatnya dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir
zaman. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi
Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari Allah SWT.
oleh sebab itu beribadah murni hanya
kepada Allah semata, tidak pada yang lainnya. Siapa yang tidak berserah diri
kepada Allah, maka ia termasuk orang-orang yang sombong. Begitu pula orang yang
berserah diri pada Allah juga pada selain-Nya (artinya: Allah itu diduakan
dalam ibadah), maka ia disebut musyrik. Yang berserah diri pada Allah semata,
itulah yang disebut muwahhid (ahli tauhid).
2)
Pengakuan dan keyakinan bahwa para Nabi telah diangkat
oleh Allah Swt. untuk menuntun umat-Nya. Keyakinan bahwa para Nabi adalah
utusan Allah Swt. sangat penting, sebab kepercayaan yang kuat bahwa Nabi itu
adalah utusan Allah, mengandung konsekuensi bahwa setiap orang harus meyakini
apa yang dibawa oleh para Rasul utusan Allah tersebut berupa kitab suci.
Keyakinan akan kebenaran kitab suci menjadikan orang memiliki pedoman dalam
menjalani kehidupan di dunia ini.
3)
Meyakini akan adanya hari kebangkitan. Keyakinan
seperti ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia bukanlah akhir dari
segalanya. Setiap orang pada hari akhir nanti akan dibangkitkan dan akan
dimintai pertanggungjawaban selama hidupnya di dunia.
4)
Meyakini bahwa Allah Swt. adalah Maha Adil atas segala
sesuatu yang terjadi. Jika keyakinan seperti ini tertanam di dalam hati, maka
akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan mendapatkan balasan
dari Allah Swt. Orang yang berbuat kebaikan akan mendapatkan balasan yang baik,
seberapapun kecilnya kebaikan itu. Sebaliknya perbuatan jelek sekecil apapun
akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt.
4.
Aqidah dalam
Islam mempunyai banyak tujuan, sebutkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
seseorang hamba Allah.
Tujuan Aqidah
Islam
1)
Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak
lahir dengan memperkuat iman dan keyakinan kepada Allah serta memahami
tuntunan-Nya.
2)
Agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, dan
keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani.
3)
Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan
keinginan yang kuat untuk mengamalkan ahlak yang baik dan berusaha sekuat
tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan
Allali SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam
lingkungan.
4)
Akidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi Muslim
yang luhur dan mulia. Seseorang Muslim yang berakhlak mulia senantiasa
bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan
sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu,
perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan
dalam akidah akhlak.
5)
Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang
menyesatkan Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa
akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata
didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akidah akhlak agar manusia
terbebas atau terhindar dari kehidupan yang menyesatkan.[1]
6)
Menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah melalui
ibadah dan amal saleh. Menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah melalui
ibadah dan amal saleh merupakan tujuan utama dalam aqidah Islam. Ibadah adalah
manifestasi nyata dari rasa cinta, takut, dan tunduk kepada Allah, sementara
amal saleh adalah perbuatan baik yang dilakukan dengan niat tulus dan mengikuti
petunjuk-Nya. Melalui ibadah dan amal saleh, seseorang berusaha mendekatkan
diri kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Ibadah mencakup berbagai bentuk,
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta ibadah hati seperti doa, zikir,
dan istighfar. Ketika seseorang melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh dan
penuh khusyuk, ia akan merasakan kedekatan dengan Allah dan merasakan
kehadiran-Nya dalam setiap langkah hidupnya. Ibadah juga menjadi sarana untuk
membersihkan jiwa dari dosa dan kelemahan, serta memperkuat kesadaran tentang
ketergantungan pada Allah. Sementara itu, amal saleh adalah wujud nyata dari
keimanan dan kebaikan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini meliputi sikap kasih
sayang terhadap sesama, kejujuran dalam berucap, kesediaan membantu orang lain,
dan menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah. Amal saleh juga mencakup
penerapan nilai-nilai Islam dalam interaksi dengan keluarga, teman, dan
masyarakat.
7)
Memahami hakikat hidup dan makna eksistensi manusia.
Memahami hakikat hidup dan makna eksistensi manusia adalah perjalanan mendalam
untuk mencari arti dan tujuan hidup di dunia ini. Hakikat hidup mengarahkan
kita pada pemahaman tentang pentingnya eksistensi manusia dan tujuan sejati
keberadaannya. Ini melibatkan refleksi tentang makna kehidupan, bagaimana
menjalani hidup dengan penuh makna, dan bagaimana mengarahkan perbuatan menuju
tujuan yang lebih tinggi.
5. Tuliskan
isi kandungan QS. An-Nahl [16] : 97.
Kandungan QS. An-Nahl/16 : 97.
مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً
طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا
يَعْمَلُوْنَ ( النحل : ٩٧)
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS. An-Nahl ayat 97)
Tafsir
1. Tafsir al-Jalalain
Barang siapa yang mengerjakan amal
saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu pendapat
dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut pendapat yang
lain dikatakan adalah kehidupan dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah
atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan).
2. Tafsir Ibnu Katsir
Janji Allah ini ditujukan kepada
orang yang beramal saleh. Yang dimaksud dengan amal saleh ialah amal perbuatan
yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, baik dia laki-laki
ataupun perempuan dari kalangan anak Adam, sedangkan hatinya dalam keadaan beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bahwa amal yang dilakukannya itu merupakan
amal yang diperintahkan serta disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah berjanji
akan memberinya kehidupan yang baik di dunia, dan akan memberinya pahala yang
jauh lebih baik daripada amalnya kelak di akhirat.
Pengertian kehidupan yang baik
ialah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya.
Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa mereka
menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik.
Dari Ali ibnu Abu Talib,
disebutkan bahwa dia menafsirkannya dengan pengertian al-qana'ah (puas dengan apa yang diberikan kepadanya). Hal yang
sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Wahb ibnu Munabbih.
Ali ibnu Abu Talhah telah
meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kebahagiaan.
Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah mengatakan.”Tiada
suatu kehidupan pun yang dapat menyenangkan seseorang kecuali kehidupan di
dalam surga."
Ad-Dahhak mengatakan, makna yang
dimaksud ialah rezeki yang halal dan kemampuan beribadah dalam kehidupan di
dunia. Ad-Dahhak mengatakan pula bahwa yang dimaksud ialah mengamalkan
ketaatan, dan hati merasa lega dalam mengerjakannya.
Tetapi pendapat yang benar tentang
makna kehidupan yang baik ini menyatakan bahwa pengertian kehidupan yang baik
mencakup semua yang telah disebutkan di atas.
Di dalam hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa:
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah
menceritakan kepadaku Syurahbil ibnu Syarik, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli,
dari Abdullah ibnu Umar. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah
masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya
sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.
Imam Muslim meriwayatkannya
melalui hadis Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri dengan sanad yang sama.
Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah
meriwayatkan melalui hadis Ummu Hani', dari Abu Ali Al-Juhani, dari Fudalah
ibnu Ubaid yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw.
bersabda:
Sesungguhnya beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam,
sedangkan rezekinya secukupnya dan ia menerimanya dengan penuh rasa syukur.
Imam Turmuzi mengatakan, hadis ini
berpredikat sahih.
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik
yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya orang mukmin dalam suatu
kebaikan pun yang Dia berikan kepadanya di dunia dan Dia berikan pahalanya di
akhirat. Adapun orang kafir, maka ia diberi balasan di dunia karena
kebaikan-kebaikannya, hingga manakala ia sampai di akhirat, tiada suatu
kebaikan pun yang tersisa baginya yang dapat diberikan kepadanya sebagai
balasan kebaikan.
Hadis ini diketengahkan secara
munfarid oleh Imam Muslim.
3. Tafsir Quraish Shihab
Siapa saja yang berbuat kebajikan
di dunia, baik laki-laki maupun wanita, didorong oleh kekuatan iman dengan
segala yang mesti diimani, maka Kami tentu akan memberikan kehidupan yang baik
pada mereka di dunia, suatu kehidupan yang tidak kenal kesengsaraan, penuh rasa
lega, kerelaan, kesabaran dalam menerima cobaan hidup dan dipenuhi oleh rasa
syukur atas nikmat Allah. Dan di akhirat nanti, Kami akan memberikan balasan
pada mereka berupa pahala baik yang berlipat ganda atas perbuatan mereka di
dunia.
4. Tafsir Kementrian Agama RI
Kemudian Allah swt dalam ayat ini
berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan
sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang
mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan
sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Rasulullah bersabda:
Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi
rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah.
(Riwayat Ahmad)
Kehidupan bahagia dan sejahtera di
dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan
kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya
penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima
takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.
Jiwanya selalu merasa puas
terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki
yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat
dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena
kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih
yang mengisi jiwanya.
Kandungan QS. An-Nahl/16 : 97
Pada
QS. An-Nahl/16 : 97 di atas Allah Swt menjelaskan akan memberikan kehidupan
yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, apabila mereka
mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah Swt bernilai lebih tinggi
daripada yang dikerjakan. Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami
ungkapan حَيَوٰةً
طَيِّبَةً di
antaranya adalah : 1). Menurut Ibnu Kasir bahwa yang disebut dengan hayatan toyyiban adalah ketentraman
jiwa. 2). Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hayatan toyyiban adalah hidup sejahtera
dan bahagia dengan rezeki yang halal dan baik (bermutu gizinya). 3). Adapun
menurut ‘Ali bin Abi Talib yang dinamakan hayatan
toyyiban adalah kehidupan yang disertai qana‘ah
(menerima dengan suka hati) terhadap pemberian Allah Swt. Dalam ayat lain Allah
berfirman:
لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ
حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ
ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.” (QS. Αli ‘Imran : 92).
Ayat
di atas secara ringkas dapat dijelaskan bahwa perbuatan seseorang dapat
dikatakan baik dengan diukur bagaimana tatkala ia menafkahkan hartanya
tersebut. Apabila ia telah mampu mendermakan sebagian harta yang dicintainya
atau barang yang ia sendiri masih menyukainya berarti ia akan memperoleh
kebaikan yang sempurna dihadapan Allah Swt. Hal ini tentunya disertai niat
semata-mata karena Allah Swt.
Kesimpulannya,
ditekankan
dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang
sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, dalam keadaan iman dan dilandasi
dengan keikhlasan, maka Allah akan memberikan kehidupan yang baik padanya, baik
di dunia maupun akhirat. Allah juga akan membalasnya dengan pahala yang jauh
lebih baik dan bernilai dari apa yang telah dia kerjakan.
Nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam QS. An-Nahl ayat 97adalah;
1.
Secara kodrati, laki-laki tidak sama dengan perempuan
2.
Laki-laki dan perempuan mempunyai kewajiban yang sama
dalam beriman dan beramal
3.
Setiap manusia baik laki-laki dan perempuan mendambakan
kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat (hayatan toyyiban).
4.
Manusia (laki-laki dan perempuan) ditunut untuk senantiasa
berlomba-lomba dalam hal kebaikan
5.
Baik laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama
dalam melakukan amal shaleh (kesetaraan gender). Pandangan yang sama tentang
persamaan hak atau kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam segi
pahala, dan juga pandangan yang sama tentang akan diberikannya ganjaran atau
pahala berdasarkan apa yang telah dikerjakan.
6.
Setiap manusia harus memiliki pendirian yang teguh dan
bersungguh-sunggu dalam beramal.