Tasawuf menurut etimologi diambil dari kata shafa yang berarti bersih, yaitu bersih hati, pikiran, ucapan, dan perbuatan dari segala sifat yang tercela di hadapan Allah swt.
Kata tasawuf juga berasal dari kata suf yang artinya kain yang terbuat dari bulu domba yang di sebut wool. Wool sifatnya kasar melambangkan kesederhanaan hidup yang memakainya.[1]
Dan ada yang berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shifah yang artinya sifat, sebab seorang sufi adalah orang yang menghiasi dirinya dari segala sifat yang terpuji dan meninggalkan sifat tercela.[2]
Tasawuf menurut terminologi adalah suatu ilmu yang membahas mengenai tata cara dan proses pensucian diri dari segala sifat yang tercela, sehingga dapat berhubungan secara rohaniah dengan Allah swt.
Menurut Junayd Al- Baghdadi menyatakan bahwa tasawuf adalah menyerahkan diri anda kepada Allah swt. Dan berakhlaq luhur ( mulia) dan meninggalkan akhlaq tercela.
Syeikh Islam Zakaria Ansari tasawuf adalah mengajarkan cara untuk menyucikan diri, meningkatkan moral dan membangu kehidupan jasmani dan rohani guna mencapai kebahagian abadi. Unsur utama tasawuf adalah penyucian jiwa dan tujuan akhirnya adalah tercapainya kebahagian dan keselamatan dunia akhirat.[3]
II.DASAR- DASAR QUR’ANI
Tasawuf memperoleh perhatian yang besar dalam ajaran islam. Banyak ayat Al- Qur’an yang menganjurkan manusia agar bertaubat, zuhud, niat yang ikhlas, sabar, tawakal, dan ridha. Dengan sifat- sifat tersebut dapat terpelihara kesucian diri merupakan kunci kebahagian yang sejati.[4]
Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Qur’an.
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kamiberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”. (Q.S Asy-Syuura : 20).
Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan orang-orang beriman agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah :
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. ( Q.S al-Hadid :20)
Ayat ini menandaskan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat sementar dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.
Ayat al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah swt semata serta mencukupkan bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu diantara ayat –ayat tersebut yaitu firman Allah :
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. ( Q.S ath-Thalaq 3)
Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah:A
“ lambung mereka jauh dari tempat tidurnya[5] dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (Q.S as-Sajadah : 16)
III.SEJARAH TIMBULNYA TASAWUF
Menurut al-Dzahabi, istilah sufi mulai dikenal pada abad ke-2 Hijriyah, tepatnya tahun 150 H. Orang pertama yang dianggap memperkenalkan istilah ini kepada dunia Islam adalah Abu Hasyim al-Sufi atau akrab disebut juga Abu Hasyim al-Kufi. Tetapi pendapat lain menyebutkan bahwa tasawuf baru muncul di dunia Islam pada awal abad ke-3 hijriyah yang dipelopori oleh al-Kurkhi, seorang masihi asal Persia.
Tokoh ini mengembangkan pemikiran bahwa cinta (mahabbah) kepada Allah adalah sesuatu yang tidak diperoleh melalui belajar, melainkan karena faktor pemberian (mauhibah) dan keutamaan dari-Nya. Adapun tasawuf baginya adalah mengambil kebenaran-kebenaran hakiki. Tesis ini kemudian menjadi suatu asas dalam perkembangan tasawuf di dunia Islam. Beberapa tokoh lainnya yang muncul pada periode ini adalah:
1.Al-Suqti (w.253 H)
2. Al-Muhasibi (w. 243 H)
3. Dzunnun al-Hasri (w. 245 H).
Tasawuf kemudian semakin berkembang dan meluas ke penjuru dunia Islam pada abad ke-4 H dengan sistem ajaran yang semakin mapan. Belakangan, al-Ghazali menegaskan tasawuf atau hubbullah (cinta kepada Allah) sebagai keilmuan yang memiliki kekhasan tersendiri di samping filsafat dan ilmu kalam.
Pada abad ke-4 dan ke-5 hijriyah inilah konflik pemikiran terjadi antara kaum sufi dan para fuqaha’. Umumnya, kaum sufi dengan berbagai tradisi dan disiplin spiritual yang dikembangkannya dipandang oleh para fuqaha’ sebagai kafir, zindiq dan menyelisihi aturan-aturan syari’at. Konflik ini terus berlanjut pada abad berikutnya, terlebih lagi ketika corak falsafi masuk dalam tradisi keilmuan tasawuf dengan tokoh-tokohnya seperti Ibn al-’Arabi dan Ibn al-Faridl pada abad ke-7 H. Realitas inilah yang kemudian menimbulkan pembedaan dua corak dalam dunia tasawuf, yaitu antara tasawuf ‘amali (praktis) dan tasawuf nazari (teoritis).
Tasawuf praktis atau yang disebut juga tasawuf sunni atau akhlaki merupakan bentuk tasawuf yang memagari diri dengan al-Qur’an dan al-Hadith secara ketat dengan penekanan pada aspek amalan dan mengaitkan antara ahwal dan maqamat. Sedangkan tasawuf teoritis atau juga disebut tasawuf falsafi cenderung menekankan pada aspek pemikiran metafisik dengan memadukan antara filsafat dengan ketasawufan.
Di antara tokoh yang dianggap sebagai pembela tasawuf sunni adalah:
1.Al-Haris al-Muhasibi (w. 243H/858 M).
2. Al-Junaid (w. 298/911).
3. Al-Kalabadzi (385/995).
4. Abu Talib al-Makki (386/996).
5. Abu al-Qasim Ab al-Karim al-Qusyaeri (465/1073).
6.Al-Ghazali (505/1112).
Sedangkan tokoh yang sering disebut sebagai penganut tasawuf falsafi adalah:
1.Abu Yazid al-Bustami (261/875).
2.Al-Hallaj (309/992).
3.Al-Hamadani (525/1131).
4.Al-Suhrawardi al-Maqtul (587/1191).
Diprediksi bahwa kemunculan pemikiran tasawuf adalah sebagai reaksi terhadap kemewahan hidup dan ketidakpastian nilai. Tetapi secara umum tasawuf pada masa awal perkembangannya mengacu pada tiga alur pemikiran:
1.Gagasan tentang kesalehan yang menunjukkan keengganan terhadap kehidupan urban dan kemewahan.
2.Masuknya gnostisisme Helenisme yang mendukung corak kehidupan pertapaan daripada aktif di masyarakat.
3. Masuknya pengaruh Buddhisme yang juga memberi penghormatan pada sikap anti-dunia dan sarat dengan kehidupan asketisme.
Terdapat 3 sasaran antara dari tasawuf:
1.Pembinaan aspek moral.
2.Ma’rifatullah melalui metode kasyf al-hijab.
3.Bahasan tentang sistem pengenalan dan hubungan kedekatan antara Tuhan dan makhluk. Dekat dalam hal ini dapat berarti: merasakan kehadiran-Nya dalam hati, berjumpa dan berdialog dengan-Nya, ataupun penyatuan makhluk dalam iradah Tuhan.
Dari segi sejarah, sufisme sebenarnya dapat dibaca dalam 2 tingkat:
1.Sufisme sebagai semangat atau jiwa yang hidup dalam dinamika masyarakat muslim.
2.Sufisme yang tampak melekat bersama masyarakat melalui bentuk-bentuk kelembagaan termasuk tokoh-tokohnya.
Perluasan wilayah kekuasaan Islam tidak semata-mata berimplikasi pada persebaran syiar Islam melainkan juga berimbas pada kemakmuran yang melimpah ruah. Banyak di kalangan sahabat yang dahulunya hidup sederhana kini menjadi berkelimpahan harta benda. Menyaksikan fenomena kemewahan tersebut muncul reaksi dari beberapa sahabat seperti Abu Dzar al-Ghifari, Sa’id bin Zubair, ‘Abd Allah bin ‘Umar sebagai bentuk “protes” dari perilaku hedonistic yang menguat pada masa kekuasaan Umayyah.
Disintegrasi sosial yang parah mempengaruhi umat mencari pedoman doktrinal yang mampu memberi mereka ketenangan jiwa dan sekaligus memberi kesadaran yang mengukuhkan ikatan yang damai sesame muslim di antara mereka. Secara garis besar perkembangan tarekat dapat dibaca melalui tiga tahapan berikut:
1.Khanaqah, yakni terbentuknya komunitas syaikh-murid dalam aturan yang belum ketat untuk melakukan disiplin-disiplin spiritual tertentu. Gerakan yang bercorak aristokratis ini berkembang sekitar abad ke-10 M.
2.Tariqah, yakni perkembangan lebih lanjut di abad berikutnya dimana formulasi ajaran-ajaran, peraturan dan metode-metode ketasawufan mulai terbentuk mapan.
3.Taifa, yakni masa persebaran ajaran dan pengikut dari suatu tarekat yang melestarikan ajaran syaikh tertentu.
Tarekat adalah lembaga tempat berhimpunnya orang-orang yang melalui ikatan hirarkis tertentu sebagai murshid-murid, menjalani disiplin-disiplin spiritual tertentu untuk menemukan kejernihan jiwa dan hati. Varian tarekat dapat disejajarkan sebagai mazhab dalam bidang tasawuf sebagaimana muncul pula varian-varian mazhabi dalam bidang pemikiran kalam dan fikih
IV.TASAWUF KONTAK DENGAN KEBUDAYAAN LAIN
1.Pengaruh Ajaran Nasrani
analisir- analisir luar yang ikut mempengaruhi tasawuf islam ialah agama Nasrani, sunguh telah terjadi perdebatan sengit antara tokoh- tokoh nasrani dan tokoh- tokoh tasawuf. Dalam pada itu antara kedua tokoh tersebut juga saling bergaul dan saling mengambil ajaran kedianya, begitu eratnya percampuran ajaran keduanya tak jarang tak jarang tokoh tasawuf mengambil pelajaran dari kitab injil, yang tampak jelas dalam berbagai ungkapan perkataan dalam kitab mereka.
Pengaruh ajaran nasrani antara lain:
a)Bentuk pakaian nasrani
b)Pelaksanaan macam- macam nadzar
c)Teori tentang cinta kasih
d)Menyendiri
e)Teori tentang penjelmaan tuhan kedalam diri manusia
2.Pengaruh dari Neo Platonisme
a)Teori mengenai pancaran ilahi
b)Teori mengenai wujud alam dan wujud tuhan
c)Teori mengenai fana ( lenyap di alam ketuhanan)
3.Penaruh dari Budha
a)Penguasaan tasbih
b)Memperketat maqam- maqam untuk sampai kepada tuhan
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) CURUP-BENGKULU
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan ridho-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir
semsester ini dengan tepat waktu. Tak lupa pula kita sampaikan salawat beserta
salam kita kirimkan kepada Nabi junjungan kita yaitu nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun kita kepada jalan yang lurus.
Tugas ini kami buat yang berjudul “The Power of Two”kiranya
dapat menambah ilmu pengetahuan dan juga dapat memberiakan kontribusi kepada
kita, semua komponen bangsa yang membangun dan memanusiakan masyarakatnya. Kami
menyadari
bahwa tak ada gading yang tak retak, tak ada yang sempurna di dunia ini.
Makalah yang Kami buat ini
pun tak luput dari kekurangan-kekurangan. kritik dan saran
yang
sifatnya membangun senantiasa kami harapkan dari para pembaca demi perbaikan
dimasa yang akan datang. Terima kasih.
Curup, 14 Januari 2012
Penyusun
1.Pengertian
Strategi Belajar The Power Of Two
Secara umum strategi mempunyai pengertian
sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Istilah strategi
mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam
merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan
gerakan navigasi pasukan kedalam posisi perang yang dipandang paling
menguntungkan untuk memperoleh kemenangan. Dewasa ini istilah strategi
banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk bidang ilmu pendidikan.[1]
Dalam dunia pendidikan
strategi diartikan sebagai“A plan, method, or series of activities
designed to achieves a particular educational goal”.
Jadi dengan demikian strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati
dari pengertian di atas.
Pertama,strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan
(rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber
-->
daya atau kekuatan
dalam pembelajaran.
Kedua,strategi disusun
untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan Kemp
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga
menyebutkan strategi pembelajaran merupakan suatu setmateri dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa.[1]
Sedangkanthe
power of twoartinya
menggabung kekuatan dua orang. Menggabung kekuatan dua orangdalam hal ini adalah
membentuk kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari dua atau lima orang (siswa). Kegiatan
ini dilakukan agar munculnya sinergi itu yaitu dua orang atau lebih tentu lebih
baik dari pada satu.[2]
Strategi pembelajaran the power of twoini adalah termasuk bagian dari active
learning yang merupakan salah satu cara terbaik untuk meningkatkan belajar
lebih aktif dengan pemberian tugas belajar yang dilakukan dalam dalam
kelompok kecil siswa. Dukungan sesama siswa dan keragaman pendapat,
pengetahuan, serta ketrampilan mereka akan membantu menjadikan belajar sebagai
bagian berharga dari iklim di kelas. Namun demikian, belajar bersama tidaklah
selalu efektif. Boleh jadi terdapat partisipasi yang tidak seimbang, komunikasi
yang buruk dan kebingungan.[3]
The
power of two strategy atau strategi pembelajaran dengan
kekuatan dua orang, menurut Mafatih dalam Tarmizi termasuk bagian dari belajar
kooperatif yaitu belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerjasama
secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota
dua orang di dalamnya untuk mencapai kompetensi dasar.[4]
Sedangkan menurut Muqowin dalam Tarmizi Ramadhan, strategi belajar kekuatan
berdua (the power of two) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan
belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab
dua orang tentu lebih baik dari pada satu orang.[5]
Menurut Hisyam Zaini, The power of two merupakan aktifitas
pembelajaran yang digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan
memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai
prinsip bahwa berfikir berdua jauh lebih baik dari pada berfikir sendiri.[6]
Aktivitas pembelajaran dengan kekuatan dua orang, digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran, dan menegaskan manfaat dari sinergi, yakni; bahwa dua kepala
adalah lebih baik dari pada satu.[7]
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran dengan kekuatan dua orang (The power of two strategy), merupakan
pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran kolaboratif,
menumbuhkan kerjasama secara maksimal, dan memperkuat arti penting manfaat
sinergi dua orang (dua kepala lebih baik dari pada satu), dalam pembelajaran
ini siswa akan berkolaborasi dengan temannya (dua orang) untuk memperkuat
pemahaman individu masing-masing.
Menurut Ismail, tujuan penerapan
strategi ini adalahmembiasakan belajar aktif secara
individu dan kelompok karena belajar bersama hasilnya akan lebih berkesan.[8]
Asumsi atau teori yang mendasari model
pembelajaran kooperatif dengan strategi the
power of two adalah bahwa belajar paling baik ketika mereka dapat saling
membimbing satu sama lain, memiliki tanggung jawab perorangan, dan terdapat
kesepakatan untuk aktif dan saling interaktif [9]
Dengan demikian pembelajaran dengan the power of two strategy diharapkan dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar jenjang pendidikan
formal, yaitu rendahnya aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
rendahnya prestasi belajar siswa.
Dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran ini menggunakan beberapa sistem pengajaran dengan menggunakan
beberapa metode yang sesuai dengan langkah-langkah strategi pembelajaran the
power of two yangmendukung
untuk mendapatkan kemudahan dalam pembelajaran siswa adalah menggunakan metode
ceramah, diskusi, kerja kelompok, dan lain-lain.
Strategi the power of two ini dirancang untuk
memaksimalkan belajar kolaboratif (bersama) dan meminimalkan kesenjangan
antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Belajar kolaboratif menjadi
populer di lingkungan pendidikan sekarang.Dengan menempatkan peserta didik
dalamkelompok danmemberinya tugas
dimana mereka saling tergantung satu dengan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan adalah cara yang mengagumkan
dengan memberi kemampuan pada keperluan siswa dalam masyarakat. Mereka condong lebik
menarik dalam belajar karena mereka melakukannya dengan teman-teman sekelas mereka.
Aktivitas belajar kolaboratif membantu mengarahkan belajar aktif.Meskipun
belajar independen dan kelas penuh instruksi juga mendorong belajar aktif, kemampuan
untuk mengajar melalui aktivitas kerja kolaboratif dalam kelompok kecil akan memungkinkan
anda untuk mempromosikan belajar dengan belajar aktif.[10]
Strategi pembelajaran The Power of Two merupakan kegiatan yang
dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan
dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1
kepala.[11]
The Power Of Two
Strategi yang dipilih oleh pendidik tidak boleh bertentangan dengan tujuan
pembelajaran. Strategi harus mendukung kemana kegiatan interaksi
edukatif berproses guna mencapai tujuan. Tujuan pokok pembelajaran
adalah mengembangkan kemampuan anak secara individu agar bisa menyelesaikan
segala permasalahan yang dihadapinya.
Dr. Sayyid Ibrahim
al-Jabbar mengatakan:" Sesungguhnya tujuan pokok
pendidikan adalah haruslah dapat memberikanrangsangan kuat untuk pengembangan
kemampuan individu dalam upaya mengatasisemua permasalahan baru yang muncul
serta dapat mencari terobosan-terobosan solusi alternatif dalam
menghadapinya." Dipilihnya
beberapa metode atau strategi tertentu dalam suatu pembelajaran bertujuan
untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan dankesuksesan
operasional pembelajaran.
Sedangkan dalam konteks lain, metode
atau strategi dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data
yangdiperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, strategi
bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa
yangdirencanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin.
Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran the power of two ada beberapa tujuan
yang harus dicapai diantaranya adalah:
a.Membiasakan
belajar aktif secara individu dan kelompok (belajar bersama hasilnya lebih
berkesan).
b.Untuk
meningkatkan belajar kolaboratif.
c.Agar
peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait denganmateri
pokok.
d.Meminimalkan kegagalan.
e.Meminimalkan
kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Dari uraian dapat dipahami bahwa
strategi pembelajaranThe
Power of Twoadalah suatu taktik
atau trik yang harus dikuasai dan diterapkan oleh pendidik agar tujuan
pembelajaran khusus (TPK) yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
menggabung kekuatan dua orang dalam proses belajar mengajar.
1.Langkah-langkah Pelaksanaan Strategi
The Power Of Two
Penerapan konsep dasar
dan strategi belajar the power
of twoyaitu
mengoptimalkan aktivitas siswa, langkah awal adalah memilih bahan pelajaran,
bahan pengajaran tersebut akan mengisi proses pembelajaran. Dalam kegiatan
belajar mengajar harus merumuskan apayang
harus dilakukan siswa dan bagaimana cara mereka melakukan. Ada berbagai macam
jenis kegiatan belajar mengajar dalam mempelajari bahan pelajaran antara lain mendengarkan,
melihat, mengamati, bertanya, mengerjakan, berdiskusi, memecahkan masalah,
mendemonstrasikan, melukiskan atau
menggambarkan, mencoba, dan lain-lain.
Dalam implementasi strategithe power of two terdapatprosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara optimal, seorangpendidikpun harus dapat
menggunakan strategi belajar the
power of two dengantepat, efektif, dan efisien melalui langkah-langkah
strategithe power of two dalam proses belajar mengajar berlangsung. Adapun
langkah-langkah strategithe power of two,adalah:
Menurut Melvin L. Silberman
langkah-langkah penerapan the power of
two strategy yaitu:
a)Berikan
siswa satu atau beberapa pertanyaan yang memerlukan perenungan dan pemikiran,
b)Perintahkan
siswa untuk menjawab pertanyaan secara perorangan,
c)Setelah
semua siswa menyelesaikan jawaban mereka, aturlah menjadi sejumlah pasangan dan
perintahkan mereka untuk berbagi jawaban satu sama lain,
d)Perintahkan
pasangan untuk membuat jawaban baru bagi tiap pertanyaan, memperbaiki tiap
jawaban perorangan,
e)Bila
semua pasangan telah menuliskan jawaban baru, bandingkan jawaban dari tiap
pasangan dengan pasangan lain di dalam kelas.
Variasi
1.Perintahkan
seluruh kelas untuk menyeleksi jawaban terbaik bagi masing-masing pertanyaan.
2.Untuk menghemat waktu, tentukan
pertanyaan tertentu untuk pasangan tertentu.Ini lebih baik daripada tiap
pasangan menjawab semua pertanyaan.[12]
Sebagai contohnya,
Implementasi strategi the power of two pada
bidang studi Aqidah Akhlaq sangat tepat sekali, anak akan mudah menguasai dan
memahami apa yang disampaikan oleh seorang guru baik ajaran yang berbentuk
konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam mata pelajaran Aqidah Akhlaq. Adapun
prosedur pengajaran dalam implementasi strategi belajar thepower of two ditentukan pada kegiatan siswa, bukan pada
kegiatan guru.
Berikut adalah prosedur
pelaksanaan strategi pembelajaran the
power of two dalam mata pelajaran akidah akhlak :
1.Berilah
peserta didik satu atau lebih pertanyaan yang membutuhkan refleksi
dan pikiran. Pertanyaannya:
a)Sebutkan ciri – ciri orang riya'
dan nifaq?
b)Bagaimana cara menghindari sifat riya' dan nifaq?
c)Sebutkanakibat dari orang yang berbuat riya' dan nifaq!
2.Mintalah peserta
didik untuk menjawab pertanyaaan sendiri-sendiri
3.Setelah semua
melengkapi jawabannya, bentuklah siswa secara berpasangan dan mintalah mereka
untuk berbagi jawaban dengan yang lain.
4.Mintahlah pasangan
tersebut membuat jawaban baru untuk masing-masing pertanyaan dengan
memperbaiki masing-masing respon individu.
5.Ketika semua
pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan jawaban dari masing-masing
pasangan ke pasangan yang lain.
Menurut Sanaky (2006), penerapan strategi belajar
“Kekuatan Berdua” (the power of two) dengan langkah-langkah atau prosedur
yang dilakukan guru sebagai berikut:
a)Langkah
pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, guru memberikansatu atau lebih
pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan refleksi (perenungan) dalam
menentukan jawaban.
b)Langkah kedua, guru meminta peserta
didik untuk merenung dan menjawab pertanyaan sendiri-sendiri.
c)Langkah ketiga, guru membagi peserta didik
berpasang-pasangan. Pasangan kelompok ditentukan menurut daftar urutan absen
atau bisa juga diacak.Dalam
proses belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah
kedalam pasangan dan mintalah mereka untuk berbagi (sharing) jawaban dengan yang lain.
d)Langkah keempat, guru meminta pasangan untuk
berdiskusi mencari jawaban baru.Dalam
proses belajar, guru meminta siswa untuk membuat jawaban baruuntuk
masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masingindividu.
e)Langkah kelima, guru meminta peserta untuk
mendiskusikan hasil sharingnya.Dalam proses pembelajaran, siswa
diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk membahas permasalahan yang
belum jelas atau yang kurang dimengerti. Semua pasangan membandingkan jawaban
dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain. Untuk mengakhiri
pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta didik menyimpulkan materi
pembelajaran.[13]
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penerapan strategi pembelajaran
The Power Of Two, diantaranya:
a.Prinsip-prinsip
Reaksi
Dalam penerapan strategi pembelajaran
the power of two, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali sendiri
konsep-konsep yang terkait dengan materi secaraindividu,
kemudian dikolaborasikan bersama pasangan masing-masing. Guru memberikan
bimbingan seperlunya apabila ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas dengan menggali pengetahuan atau informasi yang telah
dimiliki sebelumnya sehingga masalah dapat diselesaikan.
b.Sistem
sosial
Ciri khas lingkungan belajar pada model
pembelajaran ini adalah setiap siswa memiliki tanggung jawab secara individu
untuk memecahkan permasalahan kemudian mendiskusikannya kembali dengan
pasangannya masing-masing. Ciri khas ini memastikan keterlibatan dan keaktifan
penuh dari seluruh siswa sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
perorangan dan rasa solidaritas antar siswa serta belajar untuk dapat menghargai
pendapat orang lain.
Topik pembelajaran biasanya dipilih oleh
guru dan tugas utama siswa adalah mengerjakan tugas-tugas yang diberikan baik
sosial maupun kognitif. Hal ini di maksudkan agar siswa dapat menyelesaikan
tugas tersebut secara individual dan dengan berdiskusi dengan siswa lain
(pasangannya) serta dalam kelas secara keseluruhan.
c.Sistem
Pendukung
Sistem pendukung yang diperlukan siswa
sehingga dapat menggali informasi yang terkait dengan materi dan diperlukan
dalam kerja berpasangan yaitu; LKS,Alat peraga, alat-alat tulis dan buku
penunjang.
d.Dampak
Langsung dan Dampak Pengiring
Melalui pembelajaran dengan strategi the
power of two, dampak langsung yang diperoleh berupa aktifitas siswa dalam
proses pembelajaran IPS yang dapat diukur dari hasil observasi dan dampak
pengiring yaitu hasil belajar siswa yang diukur dari tes hasil belajar.
3.Deskripsi Pelaksanaan Strategi
Pembelajaran The Power of Two
Pada senin pagi, disaat
penulis masih semester 1, tepat pukul 7.00 WIB terdapat mata kuliah dengan Bapak
Abdur Rahman. Mata kuliah yang diajarkannya adalah Metodologi Studi Islam (MSI).
Seperti biasa untuk
membuka proses perkuliahan Bapak Abdur Rahman memulainya dengan ucapan salam
dan kami pun menjawab salamnya.
“Assalamu’alaikum kawan-kawan”
“Wa’alaikum salam Pak ……..”
kami menjawabnya.
Pada awalnya kami heran
mengapa Pak Ab (biasa kami panggil) memanggil kami dengan sebutan kawan-kawan.
Namun setelah Pak Ab jelaskan, barulah kami faham bahwa sebutan kawan-kawan itu
lebih akrab kedegarannya dibandingkan menyebut anak-anak dan jika Pak Ab
memanggil kami dengan sebutan Kawan-kawan maka Pak Ab pun tidak malu untuk
belajar sesuatu dari kami jika itu diperlukan, karena tidak ada manusia yang
sempurna.
Proses perkuliahan
langsung saja dimulai dengan sebuah pertanyaan rutin dari Pak Abdurrahman..
“Yah, hari ini makalah kelompok
berapa yang tampil…..apa materinya?”
Kelompok V dengan
serentak dan sigap langsung menjawab, “kelompok kami pak, materinya adalah
Dimensi-dimensi ajaran Islam, yang terdiri dari Aqidah, Syariah dan Akhlak.”
Pada setiap tampilan
kelompok, Pak Ab sering kali berbeda-beda menggunakan strategi pembelajaran.
Pada pertemuan kali inipun Pak Ab menggunakan strategi pembelajaran yang belum
pernah kami jumpai sebelumnya yaitu Strategi Pembelajaran The Power of Two (
strategi pembelajaran kekuatan berpasangan).
“Kawan-kawan Bapak ada
beberapa pertanyaan untuk kalian, tolong kalian jawab sendiri-sendiri ya . . .”
Kami yang duduk
setengah lingkaranpun bergegas menyiapkan alat tulis untuk mencatat pertanyaan
dari Pak Ab. “ nah, soal nomor 1. apa pengertian dari Aqidah, Syariah dan
Akhlak. Kemudian, soal nomor 2. Bagaimana hubungan antara Aqidah, Syariah dan
Akhlak tersebut.”
Setelah sekitar 15
menit berlalu, Pak Ab bertanya: “ Apakah kawan-kawan sudah selesai ?”
“Sudah Pak . . .”
“Jika sudah, kalian
duduk berhadap-hadapan dengan teman disebelahnya berpasang-pasangan. Nah, Kemudian
diskusikan lagi pembahasannya dengan pasangan kalian, kalian bisa bertukar
pendapat agar hasil yang diperoleh lebih maksimal . .”
Dengan berdua, kami
lebih antusias untuk saling bertukar fikiran dalam menyempurnakan jawaban dari
pertanyaan yang Pak Ab ajukan.
Setelah kami
berpasang-pasangan, kamipun digabungkan lagi antara pasangan satu dengan
pasangan lainnya untuk saling bertukar fikiran dan lebih menyempurnakan lagi hasil
bahasan kami. Begitupun seterusnya hingga kamipun menjadi 3 kelompok besar.
Masing-masing tiap
kelompok tersebut mempresentasikan hasil terakhir yang diperoleh. Jika salah
satu kelompok mempresentasikan hasil dari kelompok mereka, maka kelompok lain
memperhatikan dan setelah itu dibuka season pertanyaan jika ada yang ingin
bertanya atau memberikan saran.
Sebagai penutup
perkuliahan, maka Pak Ab selalu memberi ulasan mengenai kegiatan yang telah
kami lakukan dan menjelaskan kembali materi yang telah kami bahas, sehingga
kami lebih faham lagi mengenai materi tersebut dan jika kami ada kesalahan
dalam mendefinisikan Pak Ab pun memberi tahu, sehingga untuk kedepannya kami
tidak akan salah lagi.
4.Keunggulan dan Kelemahan Strategi The Power Of Two
a.Keunggulan
Strategi Pembelajaran The Power of Two
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi
pembelajaran the power of two mempunyai beberapa keunggulan diantaranya:
1.Siswa
tidak terlalu menggantungkan guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan
belajar dari siswa lain.
2.Mengembangkan
kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
dengan membandingkan ide-ide atau gagasan-gagasan orang lain.
3.Membantu
anak agar dapat bekerja sama dengan orang lain, dan menyadari segala
keterbatasannya serta menerima segala kekurangannya.
4.Membantu
siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tuganya.
5.Meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
6.Meningkatkan
prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.
b.Kelemahan Strategi PembelajaranThe
Power of Two
Di samping memiliki
keunggulan, strategi pembelajaranthe power of twojuga memiliki kelemahan diantaranya:
1)Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari
berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi
menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2)Dengan adanya pembagian kelompok secara
berpasang-pasangan dan shering antar
pasangan membuat pembelajaran kurang kondusif.
3)Dengan
adanya kelompok, siswa yang kurang bertanggung jawab dalam tugas, membuat
mereka lebih mengandalkan pasangannya sehingga mereka bermain-main sendiri
tanpa mau mengerjakan tugas.
Kesimpulan
Strategi pembelajaran dengan kekuatan dua orang (The power of two strategy), merupakan
pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
kolaboratif, menumbuhkan kerjasama secara maksimal, dan memperkuat arti penting
manfaat sinergi dua orang (dua kepala lebih baik dari pada satu), dalam
pembelajaran ini siswa akan berkolaborasi dengan temannya (dua orang) untuk
memperkuat pemahaman individu masing-masing.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penerapan Strategi The Power Of Two menurut penulis dapat meningkatkan aktifitas dan minat
belajar siswa, serta menyenangkan hal ini karena penulis alami sendiri ketika
dalam proses pembelajaran bapak
Abdurrahman.
Dalam menerapkan
strategi the power of two ini haruslah memperhatikan langkah-langkahnya dengan
baik dan cermat karena jika terjadi penyimpangan maka suasana belajar menjadi
berubah dan tidak kondusif lagi. Ada baiknya jika strategi ini di variasikan
dengan strategi lain agar proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
[1]Wina Sanjaya,Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media,
Jakarta: 2006, hlm: 124
[2] Ramayulis,Metodologi Pendidikan Islam, Nusa media,
Jakarta: 2006, Cet 4, hlm: 110
[3]Melvin L. Siberman,
Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusamedia, Bandung: 2006,
hlm:151
[4]Tarmizi Ramadhan, 2009
“Strategi Pembelajaran the power of two
pada mata pelajaran matematika”. http://tarmizi.wordpress.com. Diakses tanggal
11 Januari 2012
[9]Ketut Sri Naya Udani. “Penerapan model pembelajaran tipe NHT untuk
meningkatkan kreatifitas dan pemahaman konsep matematika siswa Kelas VII C SMP
Negeri 2 Singaraja:. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesa Singaraja :
2006, hlm., 33
[10]Melvin L. Siberman,
Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusamedia, Bandung: 2006, hlm. 161