Wellcome to Jeymind18

Wednesday 29 November 2023

Persoalan yang paling mendasar dalam pembelajaran Aqidah

1.      Apakah persoalan yang paling mendasar dalam pembelajaran aqidah yang terjadi dalam proses pembelajaran serta landasannya.

Persoalan yang paling mendasar dalam pembelajaran Aqidah 

Persoalan yang paling mendasar dalam pembelajaran Aqidah Islam di sekolah dasar adalah pemahaman yang sederhana dan dasar tentang konsep-konsep aqidah. Anak-anak pada usia sekolah dasar belum memiliki pemahaman yang matang dan kompleks tentang ajaran-ajaran agama, sehingga penting untuk menyajikan materi aqidah secara sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif dan pemahaman mereka. Anak-anak pada usia sekolah dasar memiliki tingkat perhatian yang terbatas dan pemahaman yang masih berkembang. Materi aqidah seringkali mengandung konsep-konsep kompleks dan abstrak yang tidak selalu mudah dipahami oleh anak-anak usia sekolah dasar. Beberapa konsep seperti keesaan Allah, sifat-sifat-Nya, atau kehidupan akhirat, mungkin sulit bagi mereka untuk membayangkan dengan jelas.

 

Beberapa landasan masalah tersebut antara lain:

a.      Tahap perkembangan kognitif

Pada usia sekolah dasar, anak-anak masih berada dalam tahap pemikiran konkret dan operasional konkret. Mereka lebih cenderung memahami hal-hal yang nyata dan konkret. Konsep aqidah yang bersifat abstrak dan metafisika, seperti keesaan Allah atau sifat-sifat-Nya, sulit bagi mereka untuk dipahami karena tidak dapat diamati atau diilustrasikan secara langsung.

b.      Bahasa dan kosakata

Konsep-konsep aqidah sering kali menggunakan bahasa yang lebih teknis dan abstrak. Kosakata yang digunakan mungkin belum familiar bagi anak-anak usia sekolah dasar, sehingga mempersulit pemahaman mereka terhadap materi aqidah.

c.       Terbatasnya pengalaman hidup

Anak-anak pada usia sekolah dasar belum memiliki banyak pengalaman hidup dan pengetahuan tentang dunia. Konsep-konsep aqidah yang berkaitan dengan kehidupan akhirat, malaikat, dan hal-hal ghaib lainnya, tidak memiliki referensi nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga sulit bagi mereka untuk membayangkan atau memahaminya dengan jelas.

d.      Kurangnya bahan literasi untuk siswa disekolah tentang aqidah

e.       Adanya pemahaman yang keliru atau salah terhadap beberapa konsep aqidah.

f.       Minimnya pemahaman tentang hubungan antara aqidah dengan ibadah dan kehidupan sehari-hari.

g.      Pengaruh lingkungan dan budaya yang dapat mempengaruhi persepsi tentang aqidah.

 

2.      Apa saja yang dipelajari dalam materi aqidah serta metode-metode untuk meningkatkan kualitas aqidah.

Materi Aqidah dalam pembelajaran di sekolah dasar

1.      Keimanan kepada Allah: Pemahaman tentang keesaan Allah, Asmaul Husna, dan sifat-sifat-Nya yang baik.

2.      Keimanan kepada malaikat: Pengenalan tentang malaikat sebagai makhluk Allah yang tak terlihat.

3.      Keimanan kepada rasul: Mengenal beberapa rasul Allah dan mengerti peran mereka sebagai utusan-Nya.

4.      Keimanan kepada kitab-kitab Allah: Mengetahui beberapa kitab suci yang diturunkan Allah, seperti Al-Qur'an.

5.      Keimanan kepada hari kiamat: Pemahaman tentang kehidupan setelah mati dan akhirat.

6.      Keimanan tentang takdir atau ketentuan Allah atas segala sesuatu.

 

Secara Umum cara atau metode yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas Aqidah adalah:

1.      Melalui pembiasaan dan keteladanan.

Pembiasaan dan keteladanan itu bisa dimulai dari keluarga. Di sini peran orang tua sangat penting agar akidah itu bisa tertanam di dalam hati sanubari anggota keluarganya sedini mungkin. Keberhasilan penanaman akidah tidak hanya menjadi tanggungjawab guru saja, tetapi menjadi tanggungjawab semua pihak. Karena itu, semuanya harus terlibat. Selain itu pembiasaan hidup dengan kekuatan akidah itu harus dilakukan secara berulang-ulang (istiqamah), agar menjadi semakin kuat keimanannya.

2.      Melalui pendidikan dan pengajaran

Pendidikan dan pengajaran dapat dilaksanakan baik dalam keluarga, masyarakat atau lembaga pendidikan formal. Pendidikan keimanan ini memerlukan keterlibatan orang lain untuk menanamkan akidah di dalam hatinya. Penanaman kalimat-kalimat yang baik seperti dua kalimat syahadat dan kalimat lā ilaha ill Allah (tiada Tuhan selain Allah) sangat penting untuk menguatkan keimanan seseorang. Pendidikan dan pengajaran menjadi salah satu cara yang tepat dalam menanamkan akidah dan meningkatkan kualitas akidah. Islam mendidik manusia supaya menjadikan akidah dan syariat Allah sebagai rujukan terhadap seluruh perbuatan dan tindakannya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam menjadi kewajiban orang tua dan guru di samping menjadi amanat yang harus dipikul oleh satu generasi untuk disampaikan kepada generasi berikutnya, dan dijalankan oleh para pendidik dalam mendidik anak-anak.

Metode-metode untuk meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah di sekolah dasar meliputi:

a.       Cerita Islami berupa kisah-kisah nabi yang wajib diimani melalui tayangan video atau dengan bermain peran yang disesuaikan dengan usia anak.

b.      Penggunaan gambar, poster dan visualisasi untuk memperjelas konsep-konsep aqidah.

c.       Pembelajaran melalui permainan dan aktivitas yang menarik.

d.      Diskusi kelompok kecil untuk mendorong interaksi dan pertukaran pemikiran.

e.       Pemberian contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aqidah.

f.        Melaksanakan Program Pembinaan Iman dan Taqwa (IMTAQ)

g.        Menghafal dan menyanyikan sifat 50.

 

3.      Sebutkan prinsip-prinsip aqidah dalam Islam

Berikut ini beberapa prinsip akidah Islam:

1)      Pengakuan serta keyakinan bahwa Allah Swt. adalah Esa. Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan Allah. Aqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir zaman. Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa perasaan atau pemikiran Nabi Muhammad SAW sendiri, akan tetapi merupakan ajaran langsung dari Allah SWT. oleh sebab itu  beribadah murni hanya kepada Allah semata, tidak pada yang lainnya. Siapa yang tidak berserah diri kepada Allah, maka ia termasuk orang-orang yang sombong. Begitu pula orang yang berserah diri pada Allah juga pada selain-Nya (artinya: Allah itu diduakan dalam ibadah), maka ia disebut musyrik. Yang berserah diri pada Allah semata, itulah yang disebut muwahhid (ahli tauhid).

2)      Pengakuan dan keyakinan bahwa para Nabi telah diangkat oleh Allah Swt. untuk menuntun umat-Nya. Keyakinan bahwa para Nabi adalah utusan Allah Swt. sangat penting, sebab kepercayaan yang kuat bahwa Nabi itu adalah utusan Allah, mengandung konsekuensi bahwa setiap orang harus meyakini apa yang dibawa oleh para Rasul utusan Allah tersebut berupa kitab suci. Keyakinan akan kebenaran kitab suci menjadikan orang memiliki pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

3)      Meyakini akan adanya hari kebangkitan. Keyakinan seperti ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia bukanlah akhir dari segalanya. Setiap orang pada hari akhir nanti akan dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawaban selama hidupnya di dunia.

4)      Meyakini bahwa Allah Swt. adalah Maha Adil atas segala sesuatu yang terjadi. Jika keyakinan seperti ini tertanam di dalam hati, maka akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Orang yang berbuat kebaikan akan mendapatkan balasan yang baik, seberapapun kecilnya kebaikan itu. Sebaliknya perbuatan jelek sekecil apapun akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt.

4.      Aqidah dalam Islam mempunyai banyak tujuan, sebutkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang hamba Allah.

Tujuan Aqidah Islam

 

 

1)      Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir dengan memperkuat iman dan keyakinan kepada Allah serta memahami tuntunan-Nya.

2)      Agar peserta didik memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani.

3)      Agar siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan ahlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allali SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam lingkungan.

4)      Akidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi Muslim yang luhur dan mulia. Seseorang Muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam akidah akhlak.

5)      Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang menyesatkan.[1]

6)      Menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah melalui ibadah dan amal saleh. Menjalin hubungan yang lebih baik dengan Allah melalui ibadah dan amal saleh merupakan tujuan utama dalam aqidah Islam. Ibadah adalah manifestasi nyata dari rasa cinta, takut, dan tunduk kepada Allah, sementara amal saleh adalah perbuatan baik yang dilakukan dengan niat tulus dan mengikuti petunjuk-Nya. Melalui ibadah dan amal saleh, seseorang berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan meraih ridha-Nya. Ibadah mencakup berbagai bentuk, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta ibadah hati seperti doa, zikir, dan istighfar. Ketika seseorang melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh dan penuh khusyuk, ia akan merasakan kedekatan dengan Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap langkah hidupnya. Ibadah juga menjadi sarana untuk membersihkan jiwa dari dosa dan kelemahan, serta memperkuat kesadaran tentang ketergantungan pada Allah. Sementara itu, amal saleh adalah wujud nyata dari keimanan dan kebaikan dalam perilaku sehari-hari. Hal ini meliputi sikap kasih sayang terhadap sesama, kejujuran dalam berucap, kesediaan membantu orang lain, dan menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah. Amal saleh juga mencakup penerapan nilai-nilai Islam dalam interaksi dengan keluarga, teman, dan masyarakat.

7)      Memahami hakikat hidup dan makna eksistensi manusia. Memahami hakikat hidup dan makna eksistensi manusia adalah perjalanan mendalam untuk mencari arti dan tujuan hidup di dunia ini. Hakikat hidup mengarahkan kita pada pemahaman tentang pentingnya eksistensi manusia dan tujuan sejati keberadaannya. Ini melibatkan refleksi tentang makna kehidupan, bagaimana menjalani hidup dengan penuh makna, dan bagaimana mengarahkan perbuatan menuju tujuan yang lebih tinggi.

 

5.      Tuliskan isi kandungan QS. An-Nahl [16] : 97.

Kandungan QS. An-Nahl/16 : 97.



مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ( النحل : ٩٧)

 

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl ayat 97)

 

Tafsir

 

1.      Tafsir al-Jalalain

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa yang dimaksud adalah kehidupan di surga. Menurut pendapat yang lain dikatakan adalah kehidupan dunia, yaitu dengan mendapatkan rasa qana`ah atau menerima apa adanya atau ia mendapatkan rezeki yang halal (dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan).

2.      Tafsir Ibnu Katsir

Janji Allah ini ditujukan kepada orang yang beramal saleh. Yang dimaksud dengan amal saleh ialah amal perbuatan yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, baik dia laki-laki ataupun perempuan dari kalangan anak Adam, sedangkan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bahwa amal yang dilakukan­nya itu merupakan amal yang diperintahkan serta disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah berjanji akan memberinya kehidupan yang baik di dunia, dan akan memberinya pahala yang jauh lebih baik daripada amalnya kelak di akhirat.

Pengertian kehidupan yang baik ialah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya. Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa mereka menafsirkannya dengan pengertian rezeki yang halal lagi baik.

Dari Ali ibnu Abu Talib, disebutkan bahwa dia menafsirkannya dengan pengertian al-qana'ah (puas dengan apa yang diberikan kepadanya). Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Wahb ibnu Munabbih.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah kebahagiaan. Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah mengatakan.”Tiada suatu kehidupan pun yang dapat menyenangkan seseorang kecuali kehidupan di dalam surga."

Ad-Dahhak mengatakan, makna yang dimaksud ialah rezeki yang halal dan kemampuan beribadah dalam kehidupan di dunia. Ad-Dahhak mengatakan pula bahwa yang dimaksud ialah mengamalkan ketaatan, dan hati merasa lega dalam mengerjakannya.

Tetapi pendapat yang benar tentang makna kehidupan yang baik ini menyatakan bahwa pengertian kehidupan yang baik mencakup semua yang telah disebutkan di atas.

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad disebutkan bahwa:

Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Syurahbil ibnu Syarik, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Umar. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya beruntunglah orang yang telah masuk Islam dan diberi rezeki secukupnya serta Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan kepadanya.

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Yazid Al-Muqri dengan sanad yang sama.

Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkan melalui hadis Ummu Hani', dari Abu Ali Al-Juhani, dari Fudalah ibnu Ubaid yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Sesungguhnya beruntunglah orang yang diberi petunjuk kepada Islam, sedangkan rezekinya secukupnya dan ia menerimanya dengan penuh rasa syukur.

Imam Turmuzi mengatakan, hadis ini berpredikat sahih.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hammam, dari Yahya, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan menganiaya orang mukmin dalam suatu kebaikan pun yang Dia berikan kepadanya di dunia dan Dia berikan pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka ia diberi balasan di dunia karena kebaikan-kebaikannya, hingga manakala ia sampai di akhirat, tiada suatu kebaikan pun yang tersisa baginya yang dapat diberikan kepadanya sebagai balasan kebaikan.

Hadis ini diketengahkan secara munfarid oleh Imam Muslim.

3.      Tafsir Quraish Shihab

Siapa saja yang berbuat kebajikan di dunia, baik laki-laki maupun wanita, didorong oleh kekuatan iman dengan segala yang mesti diimani, maka Kami tentu akan memberikan kehidupan yang baik pada mereka di dunia, suatu kehidupan yang tidak kenal kesengsaraan, penuh rasa lega, kerelaan, kesabaran dalam menerima cobaan hidup dan dipenuhi oleh rasa syukur atas nikmat Allah. Dan di akhirat nanti, Kami akan memberikan balasan pada mereka berupa pahala baik yang berlipat ganda atas perbuatan mereka di dunia.

4.      Tafsir Kementrian Agama RI

Kemudian Allah swt dalam ayat ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Qur'an dan sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.

Rasulullah bersabda:

Dari 'Abdullah bin 'Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan menerima dengan senang hati atas pemberian Allah. (Riwayat Ahmad)

Kehidupan bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mana jiwa manusia memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasakan kelezatan iman dan kenikmatan keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan akan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.

Jiwanya selalu merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun di akhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari Allah karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman yang bersih yang mengisi jiwanya.

Kandungan QS. An-Nahl/16 : 97

Pada QS. An-Nahl/16 : 97 di atas Allah Swt menjelaskan akan memberikan kehidupan yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, apabila mereka mau beriman dan beramal saleh. Dan balasan Allah Swt bernilai lebih tinggi daripada yang dikerjakan. Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami ungkapan حَيَوٰةً طَيِّبَةً   di antaranya adalah : 1). Menurut Ibnu Kasir bahwa yang disebut dengan hayatan toyyiban adalah ketentraman jiwa. 2). Ibnu Abbas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hayatan toyyiban adalah hidup sejahtera dan bahagia dengan rezeki yang halal dan baik (bermutu gizinya). 3). Adapun menurut ‘Ali bin Abi Talib yang dinamakan hayatan toyyiban adalah kehidupan yang disertai qana‘ah (menerima dengan suka hati) terhadap pemberian Allah Swt. Dalam ayat lain Allah berfirman:

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Αli ‘Imran : 92).

Ayat di atas secara ringkas dapat dijelaskan bahwa perbuatan seseorang dapat dikatakan baik dengan diukur bagaimana tatkala ia menafkahkan hartanya tersebut. Apabila ia telah mampu mendermakan sebagian harta yang dicintainya atau barang yang ia sendiri masih menyukainya berarti ia akan memperoleh kebaikan yang sempurna dihadapan Allah Swt. Hal ini tentunya disertai niat semata-mata karena Allah Swt.

Kesimpulannya, ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, dalam keadaan iman dan dilandasi dengan keikhlasan, maka Allah akan memberikan kehidupan yang baik padanya, baik di dunia maupun akhirat. Allah juga akan membalasnya dengan pahala yang jauh lebih baik dan bernilai dari apa yang telah dia kerjakan.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam QS. An-Nahl ayat 97adalah;

1.      Secara kodrati, laki-laki tidak sama dengan perempuan

2.      Laki-laki dan perempuan mempunyai kewajiban yang sama dalam beriman dan beramal

3.      Setiap manusia baik laki-laki dan perempuan mendambakan kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat (hayatan toyyiban).

4.      Manusia (laki-laki dan perempuan) ditunut untuk senantiasa berlomba-lomba dalam hal kebaikan

5.      Baik laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam melakukan amal shaleh (kesetaraan gender). Pandangan yang sama tentang persamaan hak atau kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam segi pahala, dan juga pandangan yang sama tentang akan diberikannya ganjaran atau pahala berdasarkan apa yang telah dikerjakan.

6.      Setiap manusia harus memiliki pendirian yang teguh dan bersungguh-sunggu dalam beramal.



[1] Daradjat, , Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara. 2010), h. 70.

Terima Kasih sudah membaca Silahkan berikan komentar yang baik dan bermanfaat bagi admin dan pembaca semua. terima kasih

Featured post

Hak dan kewajiban suami istri menurut imam mazhab

--> Kewajiban suami atau hak istri a)       Meminpin, memelihara dan membimbing keluargaserta menjaga dan bertanggung jawab atas ...

Popular Posts